Shalat sunnah Hajat
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ اَبِى اَوْفَى قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص:
مَنْ كَانَتْ لَهُ اِلَى اللهِ حَاجَةٌ اَوْ اِلىَ اَحَدٍ مِنْ بَنِى ا?دَمَ فَلْيَتَوَضَّأْ وَ لْيُحْسِنِ اْلوُضُوْءَ ثُمَّ لْيُصَلِّ
رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ لْيُثْنِ عَلَى اللهِ وَ لْيُصَلِّ عَلَى النَّبِيِّ ص، ثُمَّ
لْيَقُلْ: لَا اِل?هَ اِلَّا اللهُ اْلحَلِيْمُ اْلكَرِيْمُ. سُبْحَانَ اللهِ رَبِّ
اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ. اَلْحَمْدُ لِلّ?هِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ. اَسْأَلُكَ مُوْجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَ
عَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ وَ اْلغَنِيْمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ، وَ السَّلَامَةَ مِنْ
كُلِّ اِثْمٍ، لَا تَدَعْ لِى ذَنْبًا اِلَّا غَفَرْتَهُ، وَ لَا هَمًّا اِلَّا
فَرَّجْتَهُ، وَ لَا حَاجَةً هِيَ لَكَ رِضًا اِلَّا قَضَيْتَهَا يَا اَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ. الترمذى 1: 29?، قال ابو عيسى: هذا حديث غريب فى اسناده مقال: فائد بن عبد الرحمن،
يضعّف فى الحديث، و فائد هو ابو الورقاء
Dari ‘Abdullah bin Abu Aufa, ia berkata : Rasulullah SAW
bersabda, “Barangsiapa yang mempunyai hajat kepada Allah, atau
kepada salah seorang dari Bani Adam, maka hendaklah ia berwudlu dan memperbagus
wudlunya, lalu shalat dua rekaat. Kemudian (setelah selesai shalat) ia memuji
Allah, lalu membaca shalawat atas Nabi SAW, lalu ia membaca (yang artinya) Tidak
ada Tuhan selain Allah yang Maha Penyantun dan Maha Pemurah. Maha Suci Allah,
Tuhan pemelihara ‘arsy Yang Maha Agung. Segala puji bagi Allah Tuhan
semesta alam. Kepada-Mu lah aku memohon sesuatu yang mewajibkan (menyebabkan)
rahmat-Mu, dan sesuatu yang mendatangkan ampunan-Mu, dan memperoleh keuntungan
dari setiap kebaikan, dan selamat dari segala dosa. Janganlah Engkau biarkan
dosa pada diriku melainkan Engkau mengampuninya, jangan ada sesuatu kesusahan
melainkan Engkau beri jalan keluar, jangan ada sesuatu hajat yang Engkau ridlai
melainkan Engkau kabulkan wahai Allah yang Maha Pengasih dari semua
Pengasih. [HR. Tirmidzi juz 1, hal.
297, Abu ‘Isa (Tirmidzi) berkata : Ini adalah hadits gharib. Di
dalam sanadnya ada pembicaraan, (karena) Faid bin Abdur Rahman, dilemahkan
haditsnya. Faid adalah Abul Warqaa’]
Keterangan :
Hadits tersebut diriwayatkan
oleh Tirmidzi. Ibnu Majah juga meriwayatkan dengan lafadh yang agak berbeda, dan
dalam sanadnya ada perawi yang bernama Faid bin ‘Abdur Rahman. Mengenai Faid bin ‘Abdur Rahman ini Bukhari mengatakan : munkarul
hadiits (haditsnya diingkari). Abu Dawud mengatakan : laisa
bisyai’ (tidak ada apa-apanya). Tirmidzi mengatakan :
yudlo’’afu fil hadiits (hadits-haditsnya dilemahkan). Nasai mengatakan :
laisa bitsiqat/matruukul hadiits (tidak kuat/haditsnya
ditinggalkan). Ibnu Hibban berkata : laa yajuuzul ihtijaaju bihi
(tidak boleh berhujjah dengannya). [Lihat dalam Tahdziibut Tahdziib juz 8, hal.
229-230].
Kesimpulan
:
Hadits tentang shalat sunnah
hajat ini lemah, maka tidak dapat diamalkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar