2/24/2015

Shabar Dalam Menderita Sakit

Shabar Dalam Menderita Sakit
عَنْ صُهَـيْبٍ الرُّوْمـِيِّ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: عَجَبًا ِلاَمْرِ اْلمُؤْمـِنِ، اِنَّ اَمْرَهُ لَهُ كُـلَّهُ خَيْرٌ. وَ لَـيْسَ ذلِكَ ِلاَحَدٍ اِلاَّ لِلْمُؤْمـِنِ. اِذَا اَصَابَـتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ. وَ اِنْ اَصَابَـتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ. مسلم
Dari Shuhaib Ar-Ruumi RA, ia berkata : Rasulullah SAW pernah bersabda : "Mengagumkan sekali urusannya orang mukmin itu. Sesungguhnya urusannya, semuanya menjadi kebaikan baginya. Dan tidak ada yang mendapatkan demikian itu seseorangpun kecuali orang mukmin. Apabila dia mendapatkan kesenangan, bersyukur. Maka yang demikian itu adalah menjadi kebaikan baginya. Dan apabila ditimpa suatu mushibah, bershabar. Maka yang demikian itu menjadi kebaikan pula baginya". [HR. Muslim]

Menepati janji, Menyampaikan Amanat dan Larangan Khianat

Menepati janji, Menyampaikan Amanat dan Larangan Khianat
Firman Allah SWT :
يـاَيــُّهَا الَّذِيـْنَ امَـنُوْا اَوْفُوْا بِاْلعُقُوْدِ. المائدة:1
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. [Al-Maidah : 1]
وَ اَوْفُوْا بِعَهْدِيْ اُوْفِ بِعَهْدِكُمْ، وَ اِيـَّايَ فَارْهَبُوْنِ. البقرة:40
Dan Penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk).
[Al-Baqarah : 40]
وَ اَوْفُوْا بِعَهْدِ اللهِ اِذَا عَاهَدْتُّمْ وَ لاَ تَـنْقُضُوا اْلاَيــْمَانَ بَعْدَ تَـوْكِـيْدِهَا وَ قَدْ جَعَلْـتُمُ اللهَ عَلَـيْكُمْ كَـفِيْلاً، اِنَّ اللهَ يَعْلَمُ مَا تَـفْعَلُـوْنَ. النحل:91
Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu melanggar sumpah(mu) sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat. [An-Nahl : 91]
وَ اَوْفُوْا بِاْلعَهْدِ اِنَّ اْلعَهْدَ كَانَ مَسْئُوْلاً. الاسراء:34
Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya. [Al-Israa' : 34]
يـاَيــُّهَا الَّذِيـْنَ امَنُوْا لاَ تَخـُوْنُوا اللهَ وَ الـرَّسُوْلَ وَ تَخـُوْنُوْا اَمَانَـتِكُمْ وَ اَنــْتُمْ تَـعْلَمُوْنَ. الانفال:27
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. [Al-Anfaal : 27]
اِنــَّا عَرَضْنَا اْلاَمَانَةَ عَلَى السَّموَاتِ وَاْلاَرْضِ وَ اْلجـِبَالِ فَأَبـَيْنَ اَنْ يَّحْمِلْـنهَا وَ اَشْفَقْنَ مِنْهَا وَ حَمَلَـهَا اْلاِنــْسَانُ اِنــَّه كَانَ ظَلُـوْمًا جَهُوْلاً. الاحزاب: 72
Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikulnya dan mereka takut akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat dhalim dan amat bodoh. [Al-Ahzab : 72]
اِنَّ اللهَ يَـأْمُرُكُمْ اَنْ تُـؤَدُّوا اْلاَمَانـتِ اِلى اَهْلـِهَا. النساء:58
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya. [An-Nisaa' : 58]

Berkata Jujur dan Menjauhi Berkata Dusta Sifat Orang Islam

APATERJADI LANGKA KEJUJURAN DITENGAH-TENGAH UMAT ISLAM ?



Firman Allah SWT :
يـاَيـُّهَا الَّذِيـْنَ امَنُوا اتَّـقُوا اللهَ وَ قُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيـْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ اَعْمَالَكُمْ وَ يَغْفِرْلَكُمْ ذُنـُوْبَكُمْ، وَ مَنْ يُّـطِعِ اللهَ وَ رَسُوْلَه فَـقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. الاحزاب:70-71
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amal-amalmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. [Al-Ahzab : 70 - 71]
يـاَيـُّهَا الَّذَيـْنَ امَنُوْا لِمَ تَـقُوْلُـوْنَ مَا لاَ تَـفْعَلُـوْنَ. كَـبُرَ مَقْتـًا عِنْدَ اللهِ اَنْ تَـقُوْلُـوْا مَا لاَ تَـفْعَلُـوْنَ. الصف:2-3
Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat ? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan. [Ash-Shaff : 2 - 3]
وَ قُلْ لِّـعِبَادِيْ يَـقُوْلُـوا الَّـتِيْ هِيَ اَحْسَنُ، اِنَّ الشَّيْطنَ يَنْزَغُ بَـيْنَـهُمْ، اِنَّ الشَّيْطنَ كَانَ لِلإِنــْسَانِ عَدُوًّا مُّبِـيْنًا. الاسراء:53
Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku : "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan (suka) menimbulkan perselisihan diantara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia". [Al-Israa' : 53]

Cinta dan Benci Karena Allah

Cinta dan Benci Karena Allah
Firman Allah SWT :
وَ اعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَّ لاَ تَـفَرَّقُوْا وَ اذْكُـرُوْا نِعْمَتَ اللهِ عَلَـيْكُمْ اِذْ كُـنْتُمْ اَعْدَآءً فَاَلـَّفَ بَـيْنَ قُـلُـوْبِكُمْ فَـاَصْبَحْتُمْ بِـنِـعْمَـتِه اِخْوَانــًا، وَ كُـنْـتُمْ عَلى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النـَّارِ فَـاَنــْقَذَكُمْ مِنْـهَا، كَذلِكَ يُـبَـيِّنُ اللهُ لَكُمْ ايـتِه لَعَلَّكُمْ تَـهْـتَدُوْنَ. ال عمران:103
Dan berpeganglah kamu semua kepada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (di masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara. Dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. [QS. Ali Imran : 103]
لَـقَدْ جَآءَكُمْ رَسُوْلٌ مِّنْ اَنــْفُسِكُمْ عَـزِيـْزٌ عَلَـيْهِ مَا عَنِـتُّمْ حَرِيـْصٌ عَلَـيْكُمْ بِاْلمُؤْمـِنِـيْنَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. التوبة:128
Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. [QS. At-Taubah : 128]

Berpegang Kepada Al-Qur'an dan Hadits Firman Allah SWT :

Berpegang Kepada Al-Qur'an dan Hadits
Firman Allah SWT :
وَ هذَا كِـتبٌ اَنـــْزَلْـنهُ مُـبرَكٌ فَاتَّـبِعُوْهُ وَ اتَّـقُوْا لَـعَلَّكُمْ تُـرْحَمُوْنَ. الانعام:155
Dan Al-Qur'an ini adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertaqwalah agar kamu diberi rahmat. [Al-An'aam : 155]
اِنَّ هذَا اْلقُـرْانَ يَـهْدِيْ لِلَّتِيْ هِيَ اَقْـوَمُ وَ يُـبَشِّـرُ اْلمُـؤْمـِنِـيْنَ الَّذِيـْنَ يَـعْمَلُـوْنَ الصّلِحتِ اَنَّ لَـهُمْ اَجْرًا كَـبِـيْرًا. الاسراء:9
Sesungguhnya Al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mukmin yang mengerjakan amal shaleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar. [Al-Israa' : 9]
اِنَّـآ اَنـــْزَلْـنَآ اِلَـيْكَ اْلكِـتبَ بِاْلحَقِّ لِـتَحْكُمَ بَيْنَ النَّـاسِ بِمَا اَرـكَ اللهُ. النساء:105
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu. [An-Nisaa' : 105]
وَ اَنــْزَلْـنَا اِلَـيْكَ الذِّكْـرَ لـِـتُـبَـيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُـزِّلَ اِلَـيْهِمْ وَ لَـعَلَّـهُمْ يَـتَـفَكَّـرُوْنَ. النحل:44
Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur'an, agar kamu menerangkan kepada ummat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan. [An-Nahl : 44]

Amar Ma'ruf, Nahi Mungkar

Amar Ma'ruf, Nahi Mungkar

Firman Allah SWT :
وَ لْـتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلىَ اْلخَيْرِ وَ يَأْمُرُوْنَ بِاْلمَعْرُوْفِ وَ يَـنْـهَـوْنَ عَنِ اْلمُنْكَرِ، وَ اُولـئِكَ هُمُ اْلمُـفْـلِحُوْنَ. ال عمران:104
Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan ummat yang menyeru ke-pada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung. [Ali 'Imran : 104]
كُـنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَـأْمُرُوْنَ بِـاْلمَعْرُوْفِ وَ تَـنْـهَـوْنَ عَنِ اْلمُنْكَرِ وَ تُـؤْمـِنُـوْنَ بِاللهِ، وَ لَـوْ امَنَ اَهْلُ اْلكِـتبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّـهُمْ، مِنْـهُمُ اْلمُـؤْمـِنُـوْنَ وَ اَكْـثَـرُهُمُ اْلـفسِقُـوْنَ. ال عمران:110
Kamu adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasiq. [Ali 'Imran : 110]
Perintah Menyebar-luaskan Ilmu dan Ancaman Bagi yang Me-nyembunyikannya.

وَ اَنــْزَلْـنَا اِلَيـْكَ الذِّكْرَ لِـتُـبَـيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ اِلَـيْهِمْ وَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ. النحل:44
Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur'an, agar kamu menerangkan kepada ummat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkannya. [An-Nahl : 44]
يـاَيـُّهَا الرَّسُوْلُ بَـلِّـغْ مَا اُنــْزِلَ اِلَيْكَ مِنْ رَّبـِّكَ، وَ اِنْ لَّمْ تَـفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسلَـتَه، وَ اللهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّـاسِ، اِنَّ اللهَ لاَ يـَهْدِى اْلـقَوْمَ اْلكـفِرِيـْنَ. المائدة:67
Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamutidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. [Al-Maidah : 67]
اُدْعُ اِلىَ سَبِيْلِ رَبـِّكَ بِاْلحِكْمَةِ وَ اْلمَوْعِظَةِ اْلحَسَنَةِ وَ جَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ، اِنَّ رَبـَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلــِه وَهُوَ اَعْلَمُ بِاْلمُهْتَدِيـْنَ. النحل:125
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhan-mu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. [An-Nahl : 125]

Umar bin Khaththab Bertemu dengan Nabi SAW

Umar bin Khaththab Bertemu dengan Nabi SAW

Pada waktu itu pintu rumah shahabat Al-Arqam tertutup, karena rumah itu sedang dipergunakan oleh Nabi SAW untuk mengajar, sebab pada masa itu cara beliau mengajar pengikut-pengikutnya masih dengan sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui oleh kaum musyrikin.
Setelah Umar bin Khaththab tiba di rumah shahabat Al-Arqam, dengan membawa pedang yang masih terhunus, ia segera mengetok pintunya terus-menerus dengan sekeras-kerasnya.
Dari dalam, penjaga pintu itu bertanya : "Siapa itu ?".
Umar menjawab dengan suara keras : "Ibnul Khaththab !".
Penjaga pintu itu lalu mengintai dari dalam, untuk membuktikan, betulkah yang mengetok pintu itu Umar bin Khaththab. Ternyata betul bahwa yang mengetok pintu itu Umar bin Khaththab dengan membawa pedang terhunus. Lantaran itu penjaga pintu itu tidak mau membukakan pintu, karena ia mengira bahwa kedatangan Umar bin Khaththab itu akan mengamuk, dan boleh jadi akan membunuh Nabi Muhammad SAW. Maka dari itu penjaga pintu lebih dulu memberitahukan kedatangan Umar itu kepada Nabi SAW. Pada saat itu Umar tidak sabar lagi menunggu lebih lama, dan karenanya pintu itu diketoknya lagi dengan sekeras-kerasnya.
Para shahabat yang ada di dalam rumah itu tidak ada seorangpun yang berani membukakan pintu. Karena maklumlah, bahwa mereka sama sekali tidak menyangka bahwa Umar akan menjadi seorang kawan yang terkemuka bagi mereka, bahkan mereka beranggapan dan menyangka bahwa Umar bin Khaththab masih menjadi lawan yang terbesar, apalagi kedatangannya itu dengan membawa pedang terhunus. Pada saat itu para shahabat yang ada di dalam rumah shahabat Al-Arqam itu sangat mengkhawatirkan diri Nabi SAW.

Sebab-sebab Timbulnya Perbedaan Pendapat Para Imam Mujtahidin. Timbulnya perselisihan pendapat masalah furu' diantara para imam itu disebabkan : a. Adakalanya seorang Imam tidak mendapatkan sesuatu hadits tentang sesuatu masalah, maka beliau menggunakan qiyas atau fikiran, sedang hadits itu didapatkan oleh Imam yang lain. b. Adakalanya seorang Imam mengeluarkan fahamnya dari suatu hadits atau riwayat yang dianggapnya shahih, padahal bagi yang lain hadits tersebut dianggap tidak shahih. c. Ada juga para Imam itu tidak mendapatkan sesuatu hadits untuk sesuatu masalah, sehingga masing-masing mempergunakan qiyas atau fikiran pada saat itu, sedang di belakang beliau (sesudah zaman beliau) orang mendapatkan hadits itu. d. Begitu pula karena fikiran beliau dalam menimbang berlainan, maka keputusannya pun juga berbeda. Demikianlah antara lain sebab timbulnya perselisihan pendapat diantara para Imam itu. Dan apabila kita mengingat kembali pesan-pesan beliau atau perkataan-perkataan para Imam yang lalu, akan lebih nyata betapa jujurnya beliau-beliau itu, sehingga melarang orang lain bertaqlid atau menurut saja kepada pendapat beliau-beliau itu. Sayang sekali apabila di belakang harinya, bahkan sampai saat ini ada orang yang mewajibkan memegang madzhab (salah satu madzhab). Mudah-mudahan mereka mendapat hidayah, petunjuk Allah. Dan perlu ditambahkan pula bahwa Imam Syafi'i Rahimahullah setelah beliau pindah ke Mesir dari Baghdad (tahun 198 H - 204 H), beliau menolak sendiri sebagian pendapat beliau sewaktu di Baghdad. Maka terkenallah pendapat-pendapat beliau sewaktu di Baghdad dengan "Qaul Qadim" (pendapat lama) dan pendapat-pendapat beliau ketika di Mesir (sampai wafat beliau 204 H) disebut "Qaul Jadid" (pendapat baru). Adapun sebabnya ialah karena ketika Imam Syafi'i tinggal di Mesir, beliau mendapatkan hadits-hadits dan riwayat-riwayat yang tidak beliau dapatkan sewaktu berada di Baghdad. Adapun perbedaan-perbedaan pendapat antara satu Imam dengan Imam yang lain dalam suatu masalah itu sangat banyak sekali. Di bawah ini disebutkan beberapa contoh : A. Tentang Anjing. 1. Imam-imam : Ahmad, Syafi'i dan Abu Hanifah berpendapat, "anjing itu najis" 2. Imam Malik mengatakan "suci". B. Tentang Babi (Untuk dipegang). 1. Imam Syafi'i menetapkan, "babi najis". 2. Imam Malik berpendapat, "suci waktu hidupnya". C. Tentang Kucing Buas. 1. Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i berpendapat, "haram dimakannya". 2. Imam Malik berpendapat, "makruh dimakannya". D. Tentang Katak (Kodok). 1. Imam Malik mengatakan, "boleh dimakan". 2. Imam Ahmad mengatakan, "tidak boleh dimakan". E. Tentang Kuda. 1. Imam Syafi'i dan Imam Ahmad mengatakan, "kuda itu halal". 2. Imam Malik berpendapat, "kuda itu makruh". 3. Imam Abu Hanifah mengatakan, "kuda itu haram". Jika orang itu harus bermadzhab, dengan adanya perbedaan pendapat tersebut, kemudian bagaimanakah caranya kita harus memegang hukum-nya ? Umpamanya, kuda "Halal" dianggap itu benar, kuda itu "Makruh" dianggap itu benar, kuda itu "Haram" dianggap itu benar. Lalu manakah yang salah ? Jika salah satu yang dianggap benar, tentu yang lain salah. Jika ketiga pendapat itu benar semua, mestinya boleh diturut semuanya, padahal bermadzhab itu harus ikut salah satu madzhab saja. Dan jika ada dua pendapat yang berlawanan, kedua-duanya dibenarkan semua, akal siapakah yang mau menerimanya ? Maka yang demikian itu tidak mungkin. Tetapi agama Islam itu adalah agama yang dibenarkan oleh akal yang sehat. Maka tidak ada di dalam agama Islam kebenaran itu dua atau tiga, tetapi kebenaran itu adalah satu saja. Yang penting bagi kita sekarang adalah, setelah kita mengerti uraian secara singkat sejarah madzhab beserta contoh pendapat-pendapat Imam-imam tadi, dan tahu mengapa hingga terjadi demikian banyak perselisihan pendapat diantara beliau-beliau itu dalam masalah-masalah fiqh, hendaklah kita mau melunakkan hati dan bersikap kesatria dan jujur terhadap diri kita sendiri dengan mau mengembalikan segala yang diperdebatkan itu kepada sumber pokok agama kita, yaitu Al-Qur'an dan As-Sunnah, karena memang inilah jalan yang terbaik dan paling menyelamatkan yang ditunjukkan oleh Allah Tuhan seru sekalian alam sebagaimana firman-Nya dalam surat An-Nisaa' ayat 59 : يـاَ يُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا اَطِيْعُوا اللهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَ اُولــِى اْلاَمْرِ مِنْكُمْ، فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِى شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللهِ وَ الرَّسُوْلِ اِنْ كُـنْتُمْ تُـؤْمِنُوْنَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلاخِرِ، ذلِكَ خَيْرٌ وَّ اَحْسَنُ تَأْوِيْلاً. النساء:59 Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul (Nya), dan ulil amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (Sunnah Nabi), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. [An-Nisaa' : 59] Dan tentunya setelah Allah dan Rasul-Nya memutuskan perkara yang kita perselisihkan itu, kita yang mengaku beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, akan bersikap menerima dengan tulus ikhlas, tanpa mencari-cari dalil dan alasan untuk menolak atau menghindari keputusan tersebut, karena bagi seorang Mu'min yang sejati, tidak ada kebahagiaan dan kemulyaan yang lebih dari pada mengikuti apa yang difirmankan Allah dan apa yang disabdakan oleh Nabi-Nya, tanpa ada rasa berat apalagi penentangan, demikian itulah yang diisyaratkan oleh Allah dalam firman-firmanNya : اِنَّمَا كَانَ قَوْلَ اْلمُؤْمـِنِيْنَ اِذَا دُعُوْا اِلَى اللهِ وَرَسُوْلــِه لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ اَنْ يَّقُوْلُوْا سَمِعْنَا وَ اَطَعْنَا، وَ اُولـئِكَ هُمُ اْلمُفْلِحُوْنَ. النور:51 Sesungguhnya jawaban orang-orang Mu'min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan, "Kami mendengar, dan kami patuh". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. [An-Nuur : 51] وَمَا كَانَ لِمُؤْمـِنٍ وَّلاَ مُؤْمـِنَةٍ اِذَا قَضَى اللهُ وَرَسُوْلُه اَمْرًا اَنْ يَّكُوْنَ لَهُمُ اْلخِيَرَةُ مِنْ اَمْرِهِمْ، وَمَنْ يَّعْصِ اللهَ وَرَسُوْلَه فَقَدْ ضَلَّ ضَللاً مُّبِيْنًا. الاحزاب:36 Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang Mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang Mu'min, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya, maka dia telah sesat, sesat yang nyata. [Al-Ahzab : 36] فَلاَ وَرَبــِّكَ لاَ يـُؤْمـِنُوْنَ حَتّى يُحَكِّمُوْكَ فِيْمَا شَجَرَ بـَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ يـَجـِدُوْا فِيْ اَنــْفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَ يـُسَلِّمُوْا تَسْلِـيْمًا. النسا:65 Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu (Muhammad) hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. [An-Nisa' : 65] Dan hendaklah kita tidak bersikap sebagaimana sikap orang-orang kafir Quraisy yang apabila ditegur dan diajak untuk mengikuti apa-apa yang diturunkan oleh Allah kepada Rasul-Nya, mereka menjawab bahwa mereka telah mempunyai pegangan sendiri, warisan dari nenek moyang dan leluhur mereka sebagaimana firman Allah : وَ اِذَا قِيْلَ لَهُمُ اتَّبِعُوْا مَآ اَنــْزَلَ اللهُ قَالُوْا بَلْ نـَـتَّبِعُ مَا اَلـْفَـيْنَا عَلَيْهِ ابَاءَنَا، اَوَلَوْ كَانَ ابَآؤُهُمْ لاَ يَعْقِلُوْنَ شَيْئًا وَّلاَ يَهْتَدُوْنَ. البقرة:170 Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah !". Mereka menjawab, "(Tidak) tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". (Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?" [Al-Baqarah : 170] وَ اِذَا قِيْلَ لَهُمْ تَعَالَوْا اِلَى مَا اَنـــْزَلَ اللهُ وَ اِلَى الرَّسُوْلِ قَالُوْا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَـيْهِ ابَآءَنَا، اَوَلَوْ كَانَ ابَآؤُهُمْ لاَ يَعْلَمُوْنَ شَيْئًا وَّ لاَ يَهْتَدُوْنَ. المائدة:104 Apabila dikatakan kepada mereka, "Marilah (mengikut) kepada apa yang diturunkan Allah dan kepada Rasul". Mereka menjawab, "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya. Apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk ?" [Al-Maidah : 104] Begitulah sikap orang-orang kafir Quraisy, apabila ditegur atau diajak untuk mengikuti Al-Qur'an. Maka sungguh teramat sayang bila kita bersikap demikian itu! Apalagi bila disertai dengan perasaan bahwa sikap yang demikian itu dianggapnya benar dan menyelamatkan, ini sungguh-sungguh merupakan kerugian yang berganda ! Sebab yang seperti itu adalah sikap orang yang dikatakan oleh Allah sebagai "Orang yang paling rugi amalannya", perhatikanlah firman Allah beikut ini : قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِاْلاَخْسَرِيْنَ اَعْمَالاً، اَلـَّذِيْنَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِى اْلحَيوةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُوْنَ اَنــَّهُمْ يُحْسِنُوْنَ صُنْعًا. الكهف:103-104 Katakanlah, "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya ? Yaitu orang - orang yang telah sesat perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya". [Al-Kahfi : 103-104] Dan hendaknya kita jangan bersikap memusuhi dan membenci kepada orang-orang yang menyampaikan seruan Allah dan Rasul-Nya, apalagi sampai memfitnah dan menyebarkan cerita bohong ketengah-tengah masyarakat untuk menanamkan rasa tidak percaya dan antipati terhadap penegak-penegak sunnah tersebut, karena ini adalah Sikap Munafiq yang kita mohon perlindungan kepada Allah dari padanya, diungkapkan oleh Allah sikap-sikap tersebut dalam firmanNya di surat An-Nisaa' ayat 61 : وَ اِذَا قِيْلَ لَهُمْ تَعَالَوْا اِلَى مَآ اَنــْزَلَ اللهُ وَ اِلَى الرَّسُوْلِ رَأَيـْتَ اْلمُنفِقِيْنَ يَصُدُّوْنَ عَنْكَ صُدُوْدًا. النساء:61 Apabila dikatakan kepada mereka, "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang Munafiq menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu. [An-Nisaa' : 61] Memang untuk menerima dan meyaqini serta mengamalkan kebenaran itu bukanlah semudah yang diucapkan, kesemuanya ituhanya dapat ditempuh dengan penuh kesungguhan dan keseriusan, terutama dalam menekan hawa nafsu kita sendiri untuk tetap dalam posisi tunduk patuh kepada Allah dan mengikuti jalan-jalan-Nya. Dan kita patut bergembira dan optimis bahwa kita akan berhasil, bila kita memang bermujahadah/bersungguh-sungguh dalam menempuh jalan-jalan yang diridlai-Nya itu, karena yang demikian ini telah menjadi jaminan Allah sendiri sebagaimana firman-Nya : وَ الَّذِيْنَ جهَدُوْا فِيْنَا لَـنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا، اِنَّ اللهَ لَمَعَ اْلمُحْسِنِيْنَ. العنكبوت:69 Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridlaan) Kami, sungguh akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik". [Al-'Ankabuut : 69] Dan apabila keberhasilan itu telah nampak didepan mata atau bahkan telah kita rasakan, hendaklah kita bersyukur kepada Allah tanpa menghilangkan kewaspadaan dalam menjaganya, agar hidayah yang telah kita terima itu tidak tercabut kembali, sebagaimana tuntunan do'a yang dituntunkan oleh Allah untuk kita bersama : رَبـَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ اِذْ هَدَيـْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً ، اِنَّكَ اَنـْتَ اْلوَهَّابُ. ال عمران:8 Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakan-lah kepada kami rahmat dari sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia). [Ali 'Imran : 8]

Sebab-sebab Timbulnya Perbedaan Pendapat Para Imam Mujtahidin.

Timbulnya perselisihan pendapat masalah furu' diantara para imam itu disebabkan :
a.  Adakalanya seorang Imam tidak mendapatkan sesuatu hadits tentang sesuatu masalah, maka beliau menggunakan qiyas atau fikiran, sedang hadits itu didapatkan oleh Imam yang lain.
b.  Adakalanya seorang Imam mengeluarkan fahamnya dari suatu hadits atau riwayat yang dianggapnya shahih, padahal bagi yang lain hadits tersebut dianggap tidak shahih.
c.  Ada juga para Imam itu tidak mendapatkan sesuatu hadits untuk sesuatu masalah, sehingga masing-masing mempergunakan qiyas atau fikiran pada saat itu, sedang di belakang beliau (sesudah zaman beliau) orang mendapatkan hadits itu.
d.  Begitu pula karena fikiran beliau dalam menimbang berlainan, maka keputusannya pun juga berbeda.
Demikianlah antara lain sebab timbulnya perselisihan pendapat diantara para Imam itu. Dan apabila kita mengingat kembali pesan-pesan beliau atau perkataan-perkataan para Imam yang lalu, akan lebih nyata betapa jujurnya beliau-beliau itu, sehingga melarang orang lain bertaqlid atau menurut saja kepada pendapat beliau-beliau itu.
Sayang sekali apabila di belakang harinya, bahkan sampai saat ini ada orang yang mewajibkan memegang madzhab (salah satu madzhab). Mudah-mudahan mereka mendapat hidayah, petunjuk Allah.
Dan perlu ditambahkan pula bahwa Imam Syafi'i Rahimahullah setelah beliau pindah ke Mesir dari Baghdad (tahun 198 H - 204 H), beliau menolak sendiri sebagian pendapat beliau sewaktu di Baghdad.

Pesan-pesan Imam Madzhab kepada Ummat Islam :

Pesan-pesan Imam Madzhab kepada Ummat Islam :

Imam Abu Hanifah berkata :
اُتــْرُكُوْا قَوْلــِى لِقَوْلِ اللهِ وَ رَسُوْلــِهِ وَ الصَّحَابَةِ.
Tinggalkanlah perkataan (pendapatku) yang berlawanan dengan firman Allah dan Sabda Rasul-Nya dan perkataan shahabat.
لاَ يَحِلُّ ِلاَحَدٍ اَنْ يَقُوْلَ بِقَوْلـــِنَا حَتَّى يَعْلَمَ مِنْ اَيــْنَ قُلْنَاهُ.
Tidak halal bagi seseorang yang berkata dengan perkataan kami hingga mengetahui dari mana kami mengatakannya.
حَرَامٌ عَلَى مَنْ لَمْ يَعْرِفْ دَلِـيـْلِى اَنْ يُفْتِيَ كَلاَمِى.
Haram atas orang yang belum mengetahui dalil (alasan) fatwaku untuk berfatwa dengan perkataanku.
اِنَّهُ قِيْلَ ِلاَبِى حَنِيْفَةَ: اِذَا قُلْتَ قَوْلاً وَ كِـتَابُ اللهِ يُخَالِفُهُ ؟ قَالَ: اُتْرُكُـوْا قَوْلــِى بِكِـتَابِ اللهِ. فَقِيْلَ لَهُ: اِذَا كَانَ خَبَرُ الرَّسُوْلِ يُخَالِفُهُ ؟ قَالَ: اُتْرُكُوْا قَوْلــِى بِخَبَرِ الرَّسُوْلِ ص. فَقِيْلَ لَهُ: اِذَا كَانَ قَوْلُ الصَّحَابِيِّ يُخَالِفُهُ ؟ قَالَ: اُتْرُكُوْا قَوْلــِى بِقَوْلِ الصَّحَابِيِّ.
Bahwasanya Imam Abu Hanifah pernah ditanya : "Bagaimana apabila engkau mengatakan suatu pendapat, sedangkan Kitab Allah menyalahkannya ?" Beliau menjawab : "Tinggalkanlah pendapatku dan ikutilah Kitab Allah". Lalu beliau ditanya lagi : "Bagaimana kalau hadits Rasulullah SAW menyalahkannya ?" Beliau menjawab: 'Tinggalkanlah pendapatku dan ikutilah hadits Rasulullah SAW ?" Dan beliau ditanya lagi : "Bagaimana kalau perkataan shahabat menyalahkannya ?". Beliau menjawab : "Tinggalkanlah pendapatku dan ikutilah perkataan shahabat itu''.

Keutamaan Shalat.

Keutamaan Shalat.

اُتْلُ مَا اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ اْلكِتٰبِ وَ اَقِمِ الصَّلوٰةَ، اِنَّ الصَّلوٰةَ تَنْهٰى عَنِ اْلفَحْشَآءِ وَ اْلمُنْكَرِ وَ لَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ، وَ اللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ. العنكبوت: 45
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Qur'an dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. [QS. Al-'Ankabuut : 45]
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ قُرْطٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَوَّلُ مَا يُحَاسَبُ بِهِ اْلعَبْدُ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ اَلصَّلاَةُ، فَاِنْ صَلُحَتْ صَلُحَ سَائِرُ عَمَلِهِ وَ اِنْ فَسَدَتْ فَسَدَ سَائِرُ عَمَلِهِ. الطبرانى فى الاوسط
Dari 'Abdullah bin Qurth RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Amal yang pertama-tama dihisab atas seseorang hamba pada hari qiyaat adalah shalatnya. Maka jika shalatnya baik, baiklah seluruh amalnya dan jika shalatnya rusak, rusaklah seluruh amalnya. [HR. Thabrani di dalam Al-Ausath]

Tentang kehidupan Dunia

  TENTANG DUNIA فعَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوْضَةٍ ...