5/14/2013

HAL-HAL YANG PERKENAAN DENGAN KEMATIAN

Mentalqinkan Orang Yang Akan Meninggal
Dalam menjenguk orang sakit, maka apabila ternyata yang sakit itu sudah amat berat dan telah mendekati ajalnya, agama mensyari'atkan untuk mentalqinkannya, yaitu menuntunnya agar mengingat dan membaca "Laa Ilaaha Illaallooh" (Tiada Tuhan selain Allah).
Cara menuntunnya dengan lemah lembut dan pelan-pelan, tidak tergesa-gesa supaya tidak menimbulkan perasaan tidak senang bagi orang yang sakit tersebut.
عَنْ مُعَاذٍ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: مَنْ كَانَ اخِرُ قَوْلـِهِ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ دَخَلَ اْلجَنَّةَ. احمد و ابو داود
Dari Mu'adz, ia berkata : Saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda : "Barangsiapa yang akhir ucapannya itu laa ilaaha illallooh, maka dia masuk syurga". [HR. Ahmad dan Abu Dawud]
عَنْ اَبِى سَعِيْدٍ عَنِ النَّبِيِّ ص قَالَ: لَـقِّـنُوْا مَوْتَاكُمْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ. الجماعة الا البخارى
Dari Abu Sa'id dari Nabi SAW, beliau bersabda : "Talqinkanlah orang-orang yang akan mati diantara kalian dengan kalimat laa ilaaha illallooh". [HR. Jama'ah kecuali Bukhari]

Keterangan :
Dari hadits-hadits di atas jelaslah bahwa perintah agama untuk mentalqin itu waktunya adalah ketika seseorang sudah mendekati ajalnya, jadi bukan di atas qubur setelah mayyit itu ditanam. DAn mentalqinkan mayyit di atas qubur itu adalah penyelewengan dari tuntunan kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW, bahkan bertentangan dengan ayat Al-Qur'an sendiri yang berbunyi :
اِنَّـكَ لاَ تُسْمِعُ اْلمَوْتى. النمل:80
"Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak dapat menjadikan orang-orang yang telah mati itu mendengar" [QS. An-Naml : 80]
Adapun membacakan surat Yaasiin kepada orang yang akan meninggal dunia, memang ada riwayat/haditsnya, tetapi riwayat/hadits-hadits tersebut tidak ada yang sah. Di antara hadits-hadits itu sebagai berikut :
عَنْ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِقْرَءُوْا يس عَلَى مَوْتَاكُمْ. ابو داود و ابن ماجه
Dari Ma'qil bin Yasar ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : "Bacakanlah Yaasiin untuk orang-orang yang akan mati di antara kalian". [HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah]
وَ اَحْمَدُ وَ لَـفْظُهُ: يس قَـلْبُ اْلـقُرْآنِ. لاَ يَقْرَأُهَا رَجُلٌ يُرِيـْدُ اللهَ وَ الدَّارَ اْلاخِرَةَ اِلاَّ غُفِرَ لَهُ، وَ اقْرَأُوْهَا عَلَى مَوْتَاكُمْ. احمد
Dan Ahmad dengan lafadh (artinya), "Yaasin itu jantung Al-Qur'an yang tidak dibaca oleh seseorang karena Allah dan kampung akhirat melainkan dia akan diampuninya, oleh karena itu bacakanlah untuk orang-orang yang akan mati di antara kalian". [HR. Ahmad]
[Hadits-hadits tersebut ada cacatnya dan dlo'if, lihat Nailul Author juz IV halaman : 25]
 Hal-hal yang dilakukan terhadap orang yang baru saja meninggal dunia :
a) Menutupkan kedua matanya
عَنْ اُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ: دَخَلَ رَسُوْلُ اللهِ ص عَلَى اَبِى سَلَمَةَ وَ قَدْ شَقَّ بَصَرُهُ، فَـاَغْمَضَهُ. ثُمَّ قَالَ: اِنَّ الرُّوْحَ اِذَا قُبِضَ تَبِعَهُ اْلبَصَرُ. فَضَجَّ نَاسٌ مِنْ اَهْلـِهِ فَقَالَ: لاَ تَدْعُوْا عَلَى اَنــْفُسِكُمْ اِلاَّ بِخَيْرٍ. فَاِنَّ اْلمَلاَئِكَةَ يُؤَمِّنُوْنَ عَلَى مَا تَـقُوْلُـوْنَ. ثُمَّ قَالَ: اَللّهُمَّ اغْفِرْ ِلاَبِى سَلَمَةَ. وَ ارْفَعْ دَرَجَتَهُ فِى اْلمَهْدِيِّـيْنَ، وَ اخـْلُـفْهُ فِى عَقِبِهِ فِى اْلغَابِرِيـْنَ وَ اغْفِرْلَـنَا وَ لَهُ يـَا رَبَّ اْلعَالَمِـيْنَ، وَ افْسَحْ لَهُ فِى قَـبْرِهِ، وَ نَـوِّرْ لَهُ فِـيْهِ. مسلم 2:634
Dari Ummu Salamah, ia berkata : Rasulullah SAW mendatangi jenazah Abu Salamah (yang baru saja meninggal), sedang kedua matanya masih terbuka, maka Rasulullah SAW mengatupkan kedua matanya dan bersabda, "Sesungguhnya roh itu apabila diambil diikuti oleh pandangan". Kemudian para keluarganya menjerit, maka sabdanya pula, "Janganlah kalian mendo'akan bagi dirimu kecuali yang baik, karena sesungguhnya para malaikat mengamini apa yang kalian katakan". Kemudian beliau bersabda lagi, "Ya Allah berilah ampunan bagi Abu Salamah dan tinggikanlah derajatnya diantara orang-orang yang mendapat petunjuk dan berilah dia ganti dalam keturunannya (dengan yang lebih baik), dan ampunilah kami dan dia Ya Allah Tuhan semesta alam, dan lapangkanlah kuburnya serta terangilah dia di dalamnya". [HSR. Muslim juz II, hal. 634]
عَنْ شَدَّادِ بْنِ اَوْسٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِذَا حَضَرْتُمْ مَوْتَاكُمْ فَأَغْمِضُوا اْلبَصَرَ. فَاِنَّ اْلبَصَرَ يَـتْبَعُ الرُّوْحَ وَ قُوْلُوْا خَيْرًا فَـاِنَّـهُ يُـؤَمَّنُ عَلَى مَا قَالَ اَهْلُ اْلمَيِّتِ. احمد و ابن ماجه فى نيل الاوطار 4:24
Dari Syaddad bin Aus, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : "Apabila kalian datang kepada orang yang (baru saja) meninggal diantara kalian, maka pejamkanlah matanya. Karena sesungguhnya pandangan mata itu mengikuti rohnya. Dan ucapkanlah yang baik, karena sesungguhnya apa yang diucapkan oleh keluarga si mayyit itu diamini (oleh para malaikat)". [HR. Ahmad dan Ibnu Majah, dalam Nailul Authar juz IV, hal 24]
Keterangan :
1.  Dari  hadits diatas, menunjukkan bahwa dianjurkan menutupkan kedua mata si mayyit bila masih dalam keadaan terbuka dan supaya memohonkan ampunan dan kebaikan baginya serta keluarga yang ditinggalkannya.
2.  Adapun permohonan ampun dan kebaikan itu, kalau mayyit tersebut adalah orang Islam dan bagi keluarga yang beragama Islam. Sedang apabila orang diluar Islam maka tidak boleh memohonkan ampunan, tetapi hendaklah disantuni dan dirawat sebagaimana layaknya terhadap sesama manusia.
Firman Allah, dalam surat At-Taubah ayat 113 :
مَا كَانَ لـِلنَّبِيِّ وَ الَّذِيـْنَ امَنُوْآ اَنْ يَّسْتَـغْفِرُوْا لـِلْمُشْرِكـِيْنَ وَ لَوْ كَانُـوْا اُولــِيْ قُرْبى مِنْ بَعْدِ مَا تَـبَـيَّنَ لَـهُمْ اَنــَّهُمْ اَصْحَابُ اْلجَحِيْمِ. التوبة:113
"Tidak patut bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memohonkan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun mereka itu keluarga yang dekat, setelah jelas bagi mereka, bahwa orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahannam". [QS. At-Taubah 113]
Dan ada riwayat sebagai berikut :
عَنْ عَلـِيٍّ رض قَالَ: قُـلْتُ لـِلنَّبِيِّ ص اِنَّ عَمَّكَ الشَّيْخَ الضَّالَّ قَدْ مَاتَ. قَالَ: اِذْهَبْ فَوَارِ اَبـَاكَ ثُمَّ وَ لاَ تُحْدِثَنَّ شَيْئًا حَتَّى تَأْتِـيَنـِى. فَذَهَبْتُ فَوَارَيـْتُهُ وَ جـِئْتُهُ فَـأَمَرَنـِى فَاغْتَسَلْتُ وَ دَعَالِيْ. ابو داود 3:214
Dari Ali (bin Abu Thalib) berkata : Saya pernah berkata kepada Nabi SAW : "Sesungguhnya pamanmu yang sudah tua dan sesat itu (Abu Thalib) telah mati". Maka Rasulullah SAW bersabda : "Pergilah engkau menguburkan bapakmu dan jangan berbuat apa-apa sampai engkau datang lagi kepadaku". (Maka Ali berkata) : "Akupun lalu pergi menguburkannya, kemudian aku datang kepada beliau, lalu beliau menyuruhku mandi, maka akupun mandi, kemudian beliau berdo'a untukku". [HR. Abu Dawud juz III, hal. 214]
b) Menutupinya dengan kain atau lain-lain penutup yang dianggap patut.
عَنْ عَائِشَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص حِيْنَ تُـوُفِّيَ سُجِّيَ بِـبُرْدِ حِبَرَةٍِ. احمد و البخارى و مسلم
Dari Aisyah, "Sesungguhnya Rasulullah SAW ketika wafat beliau ditutup dengan selimut bergaris". [HR. Ahmad, Bukhari, dan Muslim]
 Menangisi Mayyit
عَنْ جَابِرٍ قَالَ: اُصِيْبَ اَبِى يَوْمَ اُحُدٍ، فَجَعَلْتُ اَبْكِى فَجَعَلُـوْا يَـنْهَوْنـِى وَ رَسُوْلُ اللهِ ص لاَ يَـنْهَانـِى. فَجَعَلَتْ عَمَّتِى فَاطِمَةُ تَـبْكِى. فَقَالَ النَّبِيُّ ص تَـبْكِـيْنَ اَوْ لاَ تَـبْكِـيْنَ مَا زَالَتِ اْلمَلاَئِكَةُ تُظِلُّهُ بِأَجْنِحَتِهَا حَتَّى رَفَعْتُمُوْهُ. احمد و البخارى و مسلم
Dari Jabir, ia berkata : Ayahku ditimpa mushibah pada hari peperangan Uhud, lalu aku menangis, kemudian mereka (para shahabat) melarangku, sedang Rasulullah SAW (sendiri) tidak melarang ku. Lalu bibiku Fathimah (juga) menangis. Lalu Nabi SAW bersabda : "Kamu menangis ataupun tidak, malaikat tetap menaunginya dengan sayap-sayap mereka, sehingga kamu sekalian mengangkatnya". [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim, dalam Nailul Authar juz IV, hal, 111]
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: مَاتَتْ زَيـْنَبُ بِنْتُ رَسُوْلِ اللهِ ص فَبَكَتِ النِّسَاءُ، فَجَعَلَ عُمَرُ يَضْرِبُـهُنَّ بِسَوْطِهِ، فَأَخَذَ رَسُوْلُ اللهِ ص بِـيَدِهِ وَ قَالَ: مَهْلاً يَا عُمَرُ. ثُمَّ قَالَ: اِيـَّاكُنَّ وَ نَعِيْقَ الشَّيْطَانِ. ثُمَّ قَالَ: اِنَّهُ مَهْمَا كَانَ مِنَ اْلعَيْنِ وَ اْلـقَـلْبِ فَمِنَ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ وَ مِنَ الرَّحْمَةِ. وَ مَا كَانَ مِنَ اْليَدِ وَ الِّلسَانِ فَمِنَ الشَّيْطَانِ. احمد
Dari Ibnu 'Abbas, ia berkata : Zainab binti Rasulullah SAW meninggal dunia, lalu para wanita menangis. Kemudian 'Umar memukul mereka dengan cambuknya. Lalu Rasulullah SAW memegang tangan 'Umar sambil bersabda : "Sabar ya 'Umar !" Kemudian beliau bersabda : "Jauhkankah dirimu dari meraung-raung yang berasal dari syaithan". Kemudian beliau bersabda (lagi) : "Karena sesungguhnya bila tangisan itu hanya sekedar mengeluarkan air mata dan kesedihan hati, maka ia itu berasal dari Allah 'Azza wa Jalla dan dari perasaan iba. Dan bila (tangisan) itu diikuti perbuatan tangan dan lisan, maka ia itu berasal dari syaithan". [HR. Ahmad]
عَنِ ابـْنِ عُمَرَ قَالَ: اِشْتَكَى سَعْدُ بْنُ عُبَادَةَ شَكْوًى لَهُ، فَاَتـَاهُ النَّبِيُِّ ص يَعُوْدُهُ مَعَ عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ عَوْفٍ، وَ سَعْدِ بْنِ اَبِى وَقَّاصٍ، وَ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ. فَـلَمَّا دَخَلَ عَلَـيْهِ وَجَدَهُ فِى غَشِيِّهِ، فَـقَالَ: قَدْ قُضِيَ؟ فَـقَالُـوْا: لاَ يَا رَسُوْلَ اللهِ. فَبَكَى رَسُوْلُ اللهِ ص. فَـلَمَّا رَأَى اْلـقَوْمُ بُكَاءَهُ بَكَوْا، قَالَ: اَلاَ تَـسْمَعُوْنَ؟ اِنَّ اللهَ لاَ يُعَذِّبُ بِدَمْعِ اْلعَـيْنِ وَ لاَ بِحُزْنِ اْلـقَـلْبِ، وَ لكِنْ يُـعَذِّبُ بِـهذَا. وَ اَشَارَ اِلَى لـِسَانِهِ اَوْ يَـرْحَمُ. احمد و البخارى و مسلم
Dari Ibnu 'Umar, ia berkata : Sa'ad bin 'Ubadah mengadukan sakitnya, lalu Nabi SAW datang menjenguknya bersama Abdurrahman bin 'Auf, Sa'ad bin Abi Waqqash, dan Abdullah bin Mas'ud. Kemudian tatkala Nabi SAW masuk kepadanya, ia menjumpainya dalam keadaan sangat kritis. Lalu Nabi SAW bertanya (kepada para shahabat) : "Apakah ia sudah mati ?" Lalu mereka menjawab : "Belum, ya Rasulullah". Lalu Rasulullah SAW menangis. Setelah orang-orang melihat Nabi SAW menangis, merekapun ikut menangis. Lalu Nabi SAW bertanya : "Apakah kalian tidak mendengar ? Sesungguhnya Allah tidak akan menyiksa sebab melelehnya air mata dan tidak pula susahnya hati, tetapi Allah akan menyiksa atau memberi rahmat sebab ini", sambil berisyarat ke lisannya. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim, dalam Nailul Authar juz IV, hal, 112]
عَنْ عَائِـشَةَ اَنَّ سَعْدَ بـْنَ مُعَاذٍ لَمَّا مَاتَ حَضَرَهُ رَسُوْلُ اللهِ ص، وَ اَبـُوْ بَكْرٍ، وَ عُمَرُ، قَالَتْ: فَوَ الَّذِيْ نَـفْسِى بِـيَدِهِ اِنِّى َلأَعْرِفُ بُكَاءَ اَبِى بَكْرٍ، مِنْ بُكَاءِ عُمَرَ. وَ اَنـَا فِى حُجْرَتـِى. احمد، فى نيل الاوطار 4:114
Dari 'Aisyah, bahwa Sa'ad bin Mu'adz ketika ia meninggal dunia, Rasulullah SAW, Abu Bakar, dan 'Umar mendatanginya. 'Aisyah berkata : "Demi Dzat yang diriku dalam kekuasaan-Nya, sesungguh aku lebih mengetahui tangisan Abu Bakar daripada tangisan 'Umar, sedang aku berada di dalam kamarku". [HR. Ahmad, dalam Nailul Authar juz IV, hal. 114]
عَنْ جَابِرِ بـْنِ عَتِـيْكٍ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص جَاءَ يَعُوْدُ عَبْدَ اللهِ بـْنَ ثَـابِتٍ فَوَجَدَهُ قَدْ غُلِبَ. فَصَاحَ بِهِ فَـلَمْ يُجـِبْهُ. فَاسْتَرْجَعَ، وَ قَالَ: غُلـِبْنَا عَلَـيْكَ يَا اَبـَا الـرَّبِـيْعِ! فَصَاحَ النِّسْوَةُ وَ بَكَـيْنَ. فَجَعَلَ ابـْنُ عَتِـيْكٍ يُسَكِّـنُـهُنَّ. فَـقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: دَعْهُنَّ فَـاِذَا وَجَبَ فَلاَ تَـبْكِـيَنَّ بَـاكِـيَةٌ. قَالُـوْا: وَ مَا اْلـوُجُوْبُ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: اَلــْمَوْتُ. ابو داود و النسائى، فى نيل الاوطار 4:114
Dari Jabir bin 'Atiek, bahwa Rasulullah SAW datang menjenguk 'Abdullah bin Tsabit, lalu beliau menjumpainya sudah sangat payah, lalu beliau memanggil dengan suara keras, tapi ia tidak menjawab, lalu beliau mengucapkan "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rooji'uun" dan bersabda : "Kamu mendahului kami wahai Abu Rabi' ", lalu para wanita menjerit dan menangis. Kemudian Ibnu 'Atiek berusaha menenangkan mereka. Lalu Rasulullah SAW bersabda : "Biarkanlah mereka dan apabila sudah pasti jangan ada seorangpun yang menangis". Mereka bertanya : "Apa yang dimaksud "pasti" itu, ya Rasulullah ?" Beliau menjawab : "Mati". [HR. Abu Dawud dan Nasai, dalam Nailul Authar juz IV, hal. 114]
Keterangan :
Dari Hadits-hadits diatas menunjukkan bahwa menangisi mayyit yang tidak berlebih-lebihan itu boleh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tentang kehidupan Dunia

  TENTANG DUNIA فعَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوْضَةٍ ...