2/04/2013

Dianjurkan mandi, memakai wangi-wangian bagi yang akan ihram

قَالَ ابْنُ عُمَرَ : مِنَ السُّنَّةِ اَنْ يَغْتَسِلَ الرَّجُلُ اِنْ اَرَادَ اَنْ يُحْرِمَ. البزّار فى مجمع الزوائد 3: 371، رقم: 5323
Ibnu Umar berkata : Menurut sunnah bahwa orang (mesti) mandi apabila hendak berihram. [HR. Al-Bazzar dalam Majmauz Zawaaid juz 3, hal. 371, no.5323].
عَنْ عَائِشَةَ رض قَالَتْ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص اِذَا اَرَادَ اَنْ يُحْرِمَ، يَتَطَيَّبُ بِاَطْيَبِ مَا يَجِدُ، ثُمَّ اَرَى وَبِيْصَ الدُّهْنِ فِى رَأْسِهِ وَ لِحْيَتِهِ بَعْدَ ذلِكَ. مسلم 2: 848
Dari Aisyah RA, ia berkata, Adalah Rasulullah SAW apabila akan berihram beliau memakai wangi-wangian dengan sebaik-baik yang ada padanya. Kemudian sesudah itu saya melihat kilat minyak itu di kepala beliau dan di jenggot beliau. [HR. Muslim juz 2, hal. 848].
عَنْ عَائِشَةَ رض اَنَّهَا قَالَتْ: كُنْتُ اُطَيّبُ رَسُوْلَ اللهِ ص ِلاِحْرَامِهِ قَبْلَ اَنْ يُحْرِمَ وَ لِحِلّهِ قَبْلَ اَنْ يَطُوْفَ بِاْلبَيْتِ. مسلم 2: 846
Dari Aisyah RA, bahwasanya ia berkata : Aku memberi minyak wangi pada Rasulullah SAW untuk ihram beliau sebelum beliau berihram, dan untuk tahallul beliau sebelum beliau thawaf di Baitullah.  [HR. Muslim juz 2, hal. 846]
عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ اَبِيْهِ قَالَ: سَأَلْتُ عَائِشَةَ رض: بِاَيّ شَيْءٍ طَيّبْتِ رَسُوْلَ اللهِ ص عِنْدَ حُرْمِهِ؟ قَالَتْ: بِاَطْيَبِ الطّيْبِ. مسلم 2: 847
Dari Utsman bin Urwah, dari ayahnya, ia berkata : Aku bertanya kepada Aisyah RA, Dengan apa engkau memberi minyak wangi pada Rasulullah ketika akan berihram ?. Aisyah menjawab, Dengan sebaik-baik minyak wangi. [HR. Muslim juz 2, hal. 847]
عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عُرْوَةَ قَالَ: سَمِعْتُ عُرْوَةَ يُحَدّثُ عَنْ عَائِشَةَ رض قَالَتْ: كُنْتُ اُطَيّبُ رَسُوْلَ اللهِ ص بِاَطْيَبِ مَا اَقْدِرُ عَلَيْهِ قَبْلَ اَنْ يُحْرِمَ، ثُمَّ يُحْرِمُ. مسلم 2: 847
Dari Utsman bin Urwah, ia berkata : Saya mendengar Urwah menceritakan dari Aisyah RA, ia berkata , Saya memberi minyak wangi pada Rasulullah SAW dengan sebaik-baik apa yang ada pada saya sebelum beliau berihram, kemudian beliau berihram. [HR. Muslim juz 2, hal. 847]
عَنْ عَائِشَةَ رض اَنَّهَا قَالَتْ: طَيّبْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص لِحُرْمِهِ حِيْنَ اَحْرَمَ، وَ لِحِلّهِ قَبْلَ اَنْ يُفِيْضَ بِاَطْيَبِ مَا وَجَدْتُ. مسلم 2: 847
Dari Aisyah RA, bahwasanya ia berkata, Aku memakaikan minyak wangi pada Rasulullah SAW untuk ihram beliau ketika akan berihram, dan untuk tahallul beliau sebelum beliau thawaf ifadlah, dengan sebaik-baik minyak wangi yang aku dapatkan. [HR. Muslim juz 2, hal. 847] 38
Keterangan :
Memakai wangi-wangian ini hanya khusus untuk pria.
BEBERAPA CARA PELAKSANAAN HAJJI
Didalam melaksanakan ibadah hajji ada 3 (tiga) cara yang bisa kita lakukan.
1.  Hajji Tamattu ialah ibadah hajji yang cara pelaksanaannya dengan melakukan umrah lebih dahulu kemudian baru hajji.
2.  Hajji Ifrad ialah ibadah hajji yang cara pelaksanaannya dengan melakukan hajji lebih dahulu kemudian baru umrah.
3.  Hajji Qiran ialah ibadah hajji yang cara pelaksanaannya dengan melakukan hajji dan umrah bersama-sama.
Bagi yang melaksanakan dengan cara hajji Ifrad maka tidak terkena dam sedang yang melaksanakan dengan cara hajji Tamattu dan hajji Qiran harus membayar dam.
1. Pelaksanaan Hajji Tamattu
Hajji Tamattu ialah ibadah hajji yang cara pelaksanaannya dengan melakukan umrah lebih dahulu kemudian baru hajji.
Pelaksanaan umrah sebagai berikut :
Setelah jamaah hajji berpakaian ihram yang dipakai mulai dari Miqat, lalu berniat umrah :
لَبَّيْكَ عُمْرَةً
lalu membaca talbiyah di sepanjang perjalanan dengan suara keras.:
لَبَّيْكَ اَللّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ، اِنَّ اْلحَمْدَ وَ النّعْمَةَ لَكَ وَ اْلمُلْكَ، لاَ شَرِيْكَ لَكَ. متفق عليه
Kusambut panggilan-Mu ya Allah, kusambut panggilan-Mu, kusambut panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, kusambut panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji dan nikmat adalah milik-Mu dan begitu juga kerajaan, tiada sekutu bagi-Mu. [Muttafaqun alaihi].
Setelah masuk Makkah, lalu melakukan thawaf tujuh kali, dimulai dari Hajar Aswad, Sai tujuh kali dari Shafa ke Marwah kemudian diakhiri dengan Tahallul (menggunting rambut). Maka selesailah ibadah umrah, dan dia sudah bebas dari larangan-larangan ihram (termasuk kumpul suami-istri).
Setelah hari Tarwiyah (Tanggal 8 Dzulhijjah) kemudian berpakaian ihram lagi dari Makkah untuk hajji, dengan membaca niat :
لَبَّيْكَ حَجًّا
Selanjutnya berangkat ke Arafah untuk melakukan wukuf, dimulai sejak tergelincir matahari sampai terbenam matahari (pada tanggal 9 Dzulhijjah). Pada malam harinya berangkat ke Mina dan Mabit di Muzdalifah, setelah terbit fajar meneruskan perjalanan ke Mina.
Pada tanggal 10 Dzulhijjah melempar Jumrah Aqabah pada waktu dluha, setelah melempar jumrah tersebut, maka menjadi halallah (tahallul dengan memotong rambut) tetapi belum diperbolehkan kumpul dengan istrinya.
Bagi yang ingin meneruskan ke Makkah untuk Thawaf Ifadlah pada saat itu diperbolehkan juga dan sudah halal seluruhnya dari semua larangan ihram setelah melakukan Thawaf Ifadlah.
Adapun siapa yang ingin terus kembali ke Mina setelah melempar Jumrah Aqabah, lalu bercukur atau menggunting rambutnya maka boleh juga, selanjutnya melempar tiga jumrah pada hari berikutnya yakni tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah dimulai dari Jumratul Uulaa, Wustha dan Aqabah masing-masing tujuh kali lemparan dan pada setiap lemparan membaca takbir dan berdoa:
اَللّهُمَّ اجْعَلْهُ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَ ذَنْبًا مَغْفُوْرًا
Bagi siapa yang ingin mencukupkan dua hari saja di Mina yakni tanggal 11 dan 12, untuk melempar ketiga jumrah, maka tidak ada dosa baginya, dan yang demikian disebut Nafar Awwal, tetapi bagi yang ingin sampai tanggal 13 nya juga tidak mengapa dan yang demikian itu disebut Nafar Tsani.
Setelah selesai melempar Jumrah pada hari-hari tersebut baru pergi ke Masjidil Haram untuk menunaikan Thawaf Ifadlah, dan selesailah semua ibadah hajji tersebut, ketika akan pulang, disyariatkan untuk melaksanakan Thawaf Wada.
2.  Pelaksanaan Hajji Ifrad
Hajji Ifrad ialah ibadah hajji yang cara pelaksanaannya dengan melakukan hajji lebih dahulu baru umrah.
Setelah jamaah hajji berpakaian ihram yang dipakai mulai dari Miqat, lalu niat hajji :
لَبَّيْكَ حَجًّا
Terus bertalbiyah sepanjang perjalanan, setelah masuk Makkah lantas melaksanakan Thawaf Qudum tujuh kali putaran yang dimulai dari Hajar Aswad. Setelah selesai kembali ke Maktab tetap memakai pakaian ihram menunggu pelaksanaan hajji.
Setelah hari Tarwiyah tanggal 8 Dzulhijjah berangkat ke Arofah untuk melakukan wukuf dimulai sejak tergelincir matahari sampai terbenam matahari (pada tanggal 9 Dzulhijjah).
Pada malam harinya berangkat ke Mina dan Mabit di Muzdalifah, setelah terbit fajar meneruskan perjalanan ke Mina. Pada tanggal 10 Dzulhijjah melempar jumrah  Aqabah pada waktu Dluha, setelah melempar jumrah tersebut, maka menjadi halallah (Tahallul dengan bercukur atau memotong rambut). Tapi belum diperbolehkan kumpul dengan isterinya. Bagi yang ingin meneruskan ke Makkah untuk Thawaf Ifadlah pada saat itu diperbolehkan juga dan sudah halal seluruh  larangan ihram setelah Thawaf  Ifadlah.
Adapun bagi siapa yang ingin terus kembali ke Mina setelah melempar Jumrah Aqabah, lalu bercukur atau menggunting rambutnya (Tahallul) boleh juga. Selanjutnya melempar 3 jumrah berikutnya yakni tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah dimulai dari Jumratul Uulaa, Wustha, dan Aqabah masing-masing tujuh kali lemparan dengan membaca takbir dan berdoa :
اَللّهُمَّ اجْعَلْهُ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَذَنْبًا مَغْفُوْرًا
Bagi yang ingin mencukupkan dua hari saja di Mina yakni tanggal 11-12 untuk melempar ketiga jumrah maka tidak ada dosa baginya dan yang demikian disebut Nafar Awwal, adapun bagi yang ingin sampai tanggal 13 nya juga tidak mengapa disebut Nafar Tsani. Setelah selesai melempar jumrah pada hari-hari tersebut, lalu pergi ke Masjidil Harom untuk menunaikan Thawaf Ifadlah dilanjutkan Sai dan selesailah hajji tersebut.
Kemudian melaksanakan umrah dengan mengambil miqat dari Tanim atau Jironah. Setelah jamaah berpakaian ihram dari Tanim atau Jiranah lalu berniat Umrah :
لَبَّيْكَ عُمْرَةً
Terus berangkat ke Masjidil Haram kemudian melakukan Thawaf tujuh kali  dimulai dari Hajar Aswad dan Sai tujuh kali dimulai dari Shafa ke Marwah kemudian diakhiri dengan Tahallul (bercukur atau menggunting rambut) maka selesailah Umrah kita. Setelah akan pulang di syariatkan untuk melakukan Thawaf Wada.
3.  Pelaksanaan Hajji Qiran
Hajji Qiran ialah ibadah Hajji yang cara melaksanakannya Hajji dan Umrah dikerjakan bersama-sama.
Setelah Jamaah Hajji berpakaian Ihram yang dipakai mulai dari Miqat, lalu niat umrah dan hajji:
لَبَّيْكَ عُمْرَةً وَحَجًّا
Terus bertalbiyah sepanjang perjalanan. Setelah masuk Makkah (Masjidil Haram) lantas melakukan Thawaf tujuh kali dimulai dari Hajar Aswad (Thawaf Qudum) terus kembali ke Maktab tetap memakai pakaian Ihram.
Setelah hari Tarwiyah tanggal 8 Dzulhijjah  berangkat ke Arofah untuk melakukan Wukuf dimulai sejak tergelincir matahari sampai terbenam matahari pada tanggal 9 Dzulhijjah.
Pada malam harinya berangkat ke Mina dan mabit di Muzdalifah setelah terbit fajar meneruskan perjalanan ke Mina.
Pada tanggal 10 Dzulhijjah melempar Jumrah Aqabah pada waktu dhuha, setelah melempar Jumrah tersebut,maka menjadi Halallah (Tahallul dengan bercukur atau menggunting rambut) tapi belum diperbolehkan kumpul suami-isteri. Bagi yang ingin meneruskan ke Makkah untuk  Thawaf Ifadlah pada saat itu diperbolehkan juga, dan sudah halal seluruhnya larangan Ihram setelah  Thawaf Ifadlah. Adapun bagi yang ingin terus kembali ke Mina setelah melempar Jumrah Aqabah dan mencukur atau menggunting rambutnya (Tahallul) boleh juga. Selanjutnya melempar  3 Jumrah hari berikutnya yakni tanggal 11, tanggal 12 dan tanggal 13 Dzulhijjah, dimulai dari Jumratul Uulaa, Wustha, dan Aqabah masing-masing tujuh kali lemparan, setiap melempar membaca :
اَللهُ اَكْبَرُ
dan berdoa :
اَللّهُمَّ اجْعَلْهُ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَ ذَنْبًا مَغْفُوْرًا
Bagi yang ingin mencukupkan dua hari saja di Mina yakni tanggal 11-12 Dzulhijjah untuk melempar ketiga jumrah maka tidak ada dosa baginya dan yang demikian disebut Nafar Awwal, tetapi bagi yang ingin sampai tanggal 13 nya juga tidak mengapa disebut Nafar Tsani. Setelah selesai melempar jumrah pada hari-hari tersebut, baru pergi ke Masjidil Haram untuk menunaikan Thawaf Ifadlah dilanjutkan Sai, dan selesailah hajji tersebut. Setelah pulang disyariatkan melakukan thawaf wada.
4. Niat umrah dan hajji
عَنْ اَنَسٍ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص اَهَلَّ بِهِمَا جَمِيْعًا. لَبَّيْكَ عُمْرَةً وَ حَجًّا. لَبَّيْكَ عُمْرَةً وَ حَجًّا. مسلم 915
Dari Anas, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW berihram dengan niat, umrah dan hajji. Labbaika umratan wa hajjan (Aku penuhi panggilan-Mu untuk umrah dan hajji). [HR. Muslim juz 2, hal. 915]
عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يُلَبّيْ بِاْلحَجّ وَ اْلعُمْرَةِ جَمِيْعاً. يَقُوْلُ: لَبَّيْكَ عُمْرَةً وَ حَجَّاً، لَبَّيْكَ عُمْرَةً وَ حَجًّا. ابو داود 2: 157، رقم: 1795
Dari Anas bin Malik, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW ihram untuk hajji dan umrah bersama. Beliau membaca, Labbaika umrotan wa hajjan, Labbaika umrotan wa hajjan (Aku penuhi panggilan-Mu untuk umrah dan hajji. Aku penuhi panggilan-Mu untuk umrah dan hajji). [HR. Abu Dawud juz 2, hal. 157, no. 1795].
عَنْ اَنَسٍ قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ ص يَقُوْلُ: لَبَّيْكَ عُمْرَةً وَ حَجًّا. وَ قَالَ حُمَيْدُ: قَالَ اَنَسٌ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: لَبَّيْكَ بِعُمْرَةٍ وَ حَجّ. مسلم 2: 915
Dari Anas, ia berkata : Saya mendengar Nabi SAW membaca, Labbaika umratan wa hajjan. Dan dalam riwayat Humaid, ia berkata : Anas berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW membaca, Labbaika biumratin wa hajjin. [HR. Muslim juz 2, hal. 915]
عَنْ حُمَيْدٍ عَنْ اَنَسٍ قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ ص يَقُوْلُ: لَبَّيْكَ بِعُمْرَةٍ وَ حَجَّةٍ. الترمذى 2: 158
Dari Humaid, dari Anas, ia berkata : Saya mendengar Nabi SAW membaca, Labbaika biumratin wa hajjatin. [HR. Tirmidzi juz 2, hal. 158, no. 821]
Keterangan :
Apabila niatnya untuk umrah mengucap : Labbaika umrotan. Apabila untuk hajji mengucap : Labbaika hajjan. Apabila niat untuk hajji dan umrah mengucap : Labbaika umrotan wa hajjan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tentang kehidupan Dunia

  TENTANG DUNIA فعَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوْضَةٍ ...