TATA
TERTIB SHALAT BERJAMA'AH
Bagi
seorang Imam
:
1. Yang lebih mengerti serta lebih fashih tentang Al-Qur'an,
2. Yang lebih memahami Sunnah Rasul,
3. Yang lebih dahulu hijrah (baik hijrah dari Makkah ke Madinah sebagaimana para shahabat maupun hijrah dari segala yang buruk kepada yang baik),
4. Yang lebih tua atau yang lebih dahulu Islamnya,
5. Yang lebih dicintai, dengan kecintaan yang dibenarkan oleh agama.
Dasar
penetapan tersebut
:
عَنْ اَبِى سَعِيْدٍ اْلخُدْرِيّ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِذَا كَانُوْا ثَلاَثَةً فَلْيَؤُمَّهُمْ اَحَدُهُمْ. وَ اَحَقُّهُمْ بِاْلاِمَامَةِ أَقْرَؤُهُمْ. مسلم
Dari
Abu Sa'id Al-Khudriy, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Apabila mereka tiga orang, maka hendaklah mengimami mereka salah seorang diantara mereka. Dan yang paling berhak menjadi imam diantara mereka ialah yang paling pandai (faham) diantara mereka".
[HR. Muslim juz 1, hal.
464]
عَنْ اَبِى مَسْعُوْدٍ اْلاَنْصَارِيّ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: يَؤُمُّ
اْلقَوْمَ أَقْرَؤُهُمْ لِكِتَابِ اللهِ. فَاِنْ
كَانُوْا فِى اْلقِرَاءَةِ سَوَاءً فَأَعْلَمُهُمْ
بِالسُّنَّةِ. فَاِنْ كَانُوْا فِى السُّنَّةِ سَوَاءً
فَأَقْدَمُهُمْ هِجْرَةً. فَاِنْ كَانُوْا فِى
اْلهِجْرَةِ سَوَاءً فَأَقْدَمُهُمْ سِلْمًا. وَلاَ يَؤُمَّنَّ الرَّجُلُ الرَّجُلَ
فِى سُلْطَانِهِ. وَلاَ يَقْعُدْ فِى بَيْتِهِ عَلَى تَكْرِمَتِهِ
اِلاَّ بِإِذْنِهِ. مسلم
Dari
Abu Mas'ud Al-Anshariy,
ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Yang
mengimami suatu kaum itu hendaklah orang yang lebih pandai (faham) tentang kitab Allah diantara mereka. Apabila mereka itu di dalam kefahamannya sama, maka yang lebih mengetahui diantara mereka tentang sunnah. Jika mereka itu sama dalam pengetahuannya tentang
sunnah, maka yang lebih dahulu hijrah. Jika mereka itu sama dalam hal hijrahnya, maka yang lebih dahulu diantara mereka masuk Islam. Dan janganlah seseorang mengimami orang lain di dalam kekuasaannya. Dan janganlah ia duduk di tempat kehormatannya yang berada di dalam rumahnya kecuali dengan idzinnya".
[HR. Muslim juz 1, hal.
465]
عَنْ اِسْمَاعِيْلَ بْنِ رَجَاءٍ قَالَ:
سَمِعْتُ اَوْسَ بْنَ ضَمْعَجٍ يَقُوْلُ: سَمِعْتُ اَبَا
مَسْعُوْدٍ يَقُوْلُ: قَالَ لَنَا رَسُوْلُ اللهِ ص: يَؤُمُّ اْلقَوْمَ أَقْرَؤُهُمْ لِكِتَابِ اللهِ وَ أَقْدَمُهُمْ قِرَاءَةً.
فَاِنْ كَانَتْ قِرَاءَتُهُمْ سَوَاءً فَلْيَؤُمَّهُمْ أَقْدَمُهُمْ هِجْرَةً.
فَاِنْ كَانُوْا فِى اْلهِجْرَةِ سَوَاءً
فَلْيَؤُمَّهُمْ اَكْبَرُهُمْ سِنًّا. وَلاَ تَؤُمَّنَّ
الرَّجُلَ فِى اَهْلِهِ وَ
لاَ فِى سُلْطَانِهِ. وَلاَ تَجْلِسْ عَلَى تَكْرِمَتِهِ فِى بَيْتِهِ اِلاَّ اَنْ يَأْذَنَ لَكَ اَوْ بِإِذْنِهِ. مسلم
Dari
Ismai'il bin Raja', ia berkata :
Saya pernah mendengar Aus bin Dlam'aj berkata : Saya pernah mendengar Abu Mas'ud berkata : Rasulullah SAW bersabda kepada kami, "Orang yang mengimami suatu kaum hendaklah orang yang paling pandai diantara mereka tentang kitab Allah dan lebih baik diantara mereka bacaannya. Jika bacaan (kefahaman) mereka itu sama, maka hendaklah mengimami mereka orang yang lebih dahulu diantara mereka berhijrah. Jika mereka itu sama
didalam hijrahnya, maka hendaklah mengimami mereka orang yang paling tua umurnya diantara mereka. Dan janganlah kamu mengimami orang lain di dalam keluarganya, dan jangan pula di dalam kekuasaannya. Dan janganlah kamu duduk ditempat kehormatannya di dalam rumahnya, kecuali orang tersebut mengidzinkan untukmu atau dengan idzinnya".
[HR. Muslim juz 1, hal.
465]
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو اَنَّ
رَسُوْلَ اللهِ ص كَانَ يَقُوْلُ: ثَلاَ ثَةٌ لاَ يَقْبَلُ اللهُ مِنْهُمْ صَلاَةً: مَنْ تَقَدَّمَ
قَوْمًا وَ هُمْ لَهُ كَارِهُوْنَ. وَ رَجُلٌ أَتَى الصَّلاَةَ دِبَارًا، وَ الدّبَارُ اَنْ يَأْتِيَهَا بَعْدَ اَنْ
تَفُوْتَهُ، وَرَجُلٌ اعْتَبَدَ مُحَرَّرَهُ. ابو داود
Dari
Abdullah bin 'Amr ia berkata :
Sesungguhnya Rasulullah SAW
pernah bersabda,
"Ada
tiga golongan yang Allah
tidak mau menerima shalat mereka, yaitu : Orang yang mengimami suatu kaum sedang mereka (orang yang diimami tersebut) benci kepadanya, dan seseorang melaksanakan shalat yang sudah bukan waktunya, yaitu dia melaksanakan shalat setelah waktu shalat tersebut hilang, dan orang yang menjadikan orang merdeka sebagai budak".
[HR. Abu Dawud Juz I, hal 162]
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ ص قَالَ: ثَلاَثَةٌ لاَ
تَرْتَفِعُ صَلاَتُهُمْ فَوْقَ رُءُوْسِهِمْ شِبْرًا: رَجُلٌ اَمَّ قَوْمًا وَ هُمْ لَهُ كَارِهُوْنَ، وَ امْرَأَةٌ بَاتَتْ
وَ زَوْجُهَا عَلَيْهَا سَاخِطٌ، وَ اَخَوَانِ مُتَصَارِمَانِ. ابن ماجه
Dari
Ibnu Abbas dari Rasulullah SAW, beliau bersabda,
"Ada
tiga golongan yang tidak terangkat shalat mereka di atas kepala mereka meskipun satu jengkal (yakni tidak diterima shalat mereka), yaitu :
Seseorang yang mengimami
suatu kaum sedang mereka (yang diimami itu) benci kepadanya, dan seorang isteri yang bermalam sedang suaminya marah kepadanya, dan dua orang yang saling memutus persaudaraan".
[HR. Ibnu Majah juz 1, hal. 311, sanadnya shahih]
قَالَ مَالِكٌ بْنُ حُوَيْرِثٍ، سَمِعْتُ
رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: مَنْ زَارَ قَوْمًا فَلاَ يَؤُمَّهُمْ، وَ
لْيَؤُمَّهُمْ رَجُلٌ مِنْهُمْ. ابو داود
Berkata
Malik bin Huwairits : Saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang mengunjungi suatu kaum, maka janganlah mengimami mereka, dan hendaklah mengimami mereka salah seorang dari kaum itu".
[HR. Abu Dawud 1 :
163]
Keterangan
:
Dari hadits-hadits tersebut dapat diambil pengertian bahwa tuan rumah atau orang yang berkuasa di daerah itu lebih berhak menjadi imam, kecuali bila mereka mempersilahkan orang lain untuk mengimaminya.
عَنْ اَبِى عَلِيّ اْلمِصْرِيّ قَالَ:
سَافَرْنَا مَعَ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ اْلجُهَنِيّ
فَحَضَرَتْنَا الصَّلاَةُ فَاَرَدْنَا اَنْ يَتَقَدَّمَنَا، قَالَ، قُلْنَا: اَنْتَ مِنْ اَصْحَابِ رَسُوْلِ
اللهِ ص وَ لاَ تَتَقَدَّمُنَا. قَالَ: اِنّى سَمِعْتُ
رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: مَنْ اَمَّ قَوْمًا فَاِنْ
اَتَمَّ فَلَهُ التَّمَامُ وَ لَهُمُ التَّمَامُ، وَ
اِنْ لَمْ يُتِمَّ فَلَهُمُ التَّمَامُ وَ عَلَيْهِ
اْلاِثْمُ. احمد
Dari
Abu 'Ali Al-Mishriy, ia
berkata
: Kami pernah bepergian bersama 'Uqbah bin 'Amir Al-Juhaniy, kemudian datang waktu shalat, lalu kami menghendaki salah seorang dari kami untuk maju menjadi imam. (Abu ‘Ali)
berkata
: Lalu kami berkata, “Kamu
saja (ya ‘Uqbah
bin ‘Amir),
yang termasuk shahabat Rasulullah SAW, kenapa tidak mau maju (untuk mengimami kami)
?”.
‘Uqbah
bin ‘Amir
berkata
: Sesungguhnya aku
pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa mengimami suatu kaum, jika ia menyempurnakan shalat itu (shalat dengan baik), maka kesempurnaan itu (pahalanya) bagi imam dan bagi mereka (para makmum). Dan jika imam itu tidak menyempurnakan (shalatnya tidak baik), maka bagi mereka (para makmum) mendapat (pahala) shalat dengan sempurna, sedang imam tersebut mendapatkan dosa".
[HR. Ahmad juz 4, hal.
154]
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ اَنَّ
رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: مَنْ اَمَّ قَوْمًا فَلْيَتَّقِ
اللهَ، وَ لْيَعْلَمْ اَنَّهُ ضَامِنٌ مَسْؤُوْلٌ لِمَا ضَمِنَ، وَ اِنْ اَحْسَنَ كَانَ لَهُ مِنَ اْلاَجْرِ مِثْلُ اَجْرِ مَنْ صَلَّى خَلْفَهُ مِنْ غَيْرِ
اَنْ يَنْتَقِصَ مِنْ اُجُوْرِهِمْ شَيْئًا، وَ مَا كَانَ مِنْ نَقْصٍ فَهُوَ
عَلَيْهِ. الطبرانى فى
الاوسط
Dari
Abdullah bin 'Umar, ia berkata :
Sesungguhnya Rasulullah SAW
pernah bersabda, "Barangisapa mengimami suatu kaum, maka hendaklah takut kepada Allah dan hendaklah mengetahui bahwa dia sebagai orang yang bertanggungjawab dan akan ditanya tentang apa yang menjadi tanggungjawabnya. Jika dia
memperbagus (didalam shalatnya), maka dia mendapatkan pahala seperti pahalanya orang yang shalat dibelakangnya tanpa berkurang sedikitpun dari pahala mereka. Dan apa-apa yang berupa kekurangan (shalatnya tidak baik) maka yang demikian itu menjadi tanggungjawabnya".
[HR. Thabrani dalam Al-Ausath, dlaif, karena di dalam sanadnya ada Mu’arik
bin ‘Ibad]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: يُصَلُّوْنَ لَكُمْ، فَاِنْ
اَصَابُوْا فَلَكُمْ وَ لَهُمْ، وَ اِنْ اَخْطَئُوْا فَلَكُمْ وَ عَلَيْهِمْ. البخارى
Dari
Abu Hurairah, ia berkata :
Sesungguhnya Rasulullah SAW
bersabda, "(Imam-imam itu)
shalat untuk kamu sekalian. Jika mereka itu benar (di dalam shalatnya), maka (pahalanya) untuk kalian dan untuk mereka. Dan jika mereka
itu berbuat salah (didalam shalatnya), maka kalian mendapatkan pahala shalat itu dan mereka mendapatkan dosanya".
[HR. Bukhari juz 1, hal. 170]
Hal-hal yang dilakukan oleh Imam sebelum
shalat
Memperingatkan para makmum untuk merapikan shaff serta mengaturnya.
عَنْ اَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: سَوُّوْا
صُفُوْفَكُمْ فَاِنَّ تَسْوِيَةَ الصَّفّ مِنْ تَمَامِ الصَّلاَةِ. مسلم
Dari
Anas bin Malik, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Ratakanlah shaff kalian, karena sesungguhnya meratakan shaff itu termasuk dari kesempurnaan shalat".
[HR. Muslim, juz 1, hal.
324]
عَنْ اَنَسٍ عَنِ النَّبِيّ ص: سَوُّوْا صُفُوْفَكُمْ فَاِنَّ
تَسْوِيَةَ الصُّفُوْفِ مِنْ اِقَامَةِ
الصَّلاَةِ. البخارى
Dari
Anas dari Nabi SAW (beliau bersabda), “Ratakanlah
shaff kalian, karena sesungguhnya meratakan shaff itu termasuk dari mendirikan shalat”.
[HR. Bukhari juz 1, hal. 177]
عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص
يَقُوْلُ: لَتُسَوُّنَّ صُفُوْفَكُمْ اَوْ لَيُخَالِفَنَّ اللهُ بَيْنَ وُجُوْهِكُمْ. مسلم
Dari
An-Nu'man bin Basyir, ia berkata : Saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh kalian akan meratakan shaff kalian, atau (jika tidak mau) Allah akan merubah diantara wajah-wajah kalian".
[HR. Muslim, juz 1, hal.
324]
عَنِ اْلبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ: كَانَ
رَسُوْلُ اللهِ ص يَتَخَلَّلُ الصَّفَّ مِنْ نَاحِيَةٍ اِلىَ نَاحِيَةٍ يَمْسَحُ صُدُوْرَنَا وَ مَنَاكِبَنَا وَ
يَقُوْلُ: لاَ تَخْتَلِفُوْا فَتَخْتَلِفَ قُلُوْبُكُمْ، وَ كَانَ يَقُوْلُ: اِنَّ اللهَ وَ مَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى الصُّفُوْفِ
اْلاَوَّلِ. ابوداود
Dari
Al-Bara' bin 'Azib, ia berkata : "Adalah Rasulullah SAW mendatangi barisan shaff dari sudut ke sudut, beliau meratakan dada-dada kami dan bahu-bahu kami sambil bersabda, "Janganlah kalian maju mundur, yang menyebabkan maju mundurnya hati kalian
pula”.
Dan beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat atas ahli shaff yang pertama".
[HR. Abu Dawud juz 1, hal.
178].
عَنْ اَنَسٍ قَالَ: اُقِيْمَتِ الصَّلاَةُ
فَاَقْبَلَ عَلَيْنَا رَسُوْلُ اللهِ ص بِوَجْهِهِ فَقَالَ: اَقِيْمُوْا صُفُوْفَكُمْ وَ تَرَاصُّوْا فَاِنّى اَرَاكُمْ مِنْ وَرَاءِ
ظَهْرِى. البخارى
Dari
Anas, ia berkata :
Shalat telah diiqamati, lalu Rasulullah SAW menghadap kepada kami dengan wajahnya lalu bersabda, “Luruskanlah
shaff kalian dan rapatkanlah, karena sesungguhnya aku bisa melihat kalian dari balik punggungku”.
[HR. Bukhari juz 1, hal. 176]
عَنْ اَبِى مَسْعُوْدٍ قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ
اللهِ ص يَمْسَحُ مَنَاكِبَنَا فِى الصَّلاَةِ وَ
يَقُوْلُ: اِسْتَوُوْا وَلاَ تَخْتَلِفُوْا فَتَخْتَلِفَ قُلُوْبُكُمْ لِيَلِنِى مِنْكُمْ اُولُو اْلاَحْلاَمِ وَ النُّهَى ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ. مسلم
Dari
Abu Mas'ud, ia berkata :
Adalah Rasulullah SAW meratakan pundak-pundak kami dikala membetulkan shaff untuk shalat seraya bersabda, "Luruskanlah shaff, janganlah kamu berselisih (satu maju ke muka dan yang lain mundur ke belakang) yang menyebabkan berselisih pula hatimu. Hendaklah dekat kepadaku orang-orang yang mempunyai akal dan kepandaian diantara kalian, kemudian orang-orang yang dibawahnya, kemudian orang-orang yang dibawahnya".
[HR. Muslim, juz 1, hal.
323]
عَنْ اَنَسٍ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: اَقِيْمُوْا صُفُوْفَكُمْ فَاِنّى
اَرَاكُمْ مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِى، وَ كَانَ اَحَدُنَا يُلْزِقُ مَنْكِبَهُ بِمَنْكِبِ صَاحِبِهِ وَ قَدَمَهُ
بِقَدَمِهِ. البخارى
Dari
Anas, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Luruskanlah
shaff kalian karena sesungguhnya aku bisa melihat kalian dari balik punggungku”.
(Anas berkata) dan seseorang dari kami menempelkan bahunya dengan bahu temannya, dan tapak-kakinya dengan tapak kaki temannya.
[HR. Bukhari juz 1, hal. 177]
عَنْ سِمَاكٍ قَالَ: سَمِعْتُ النُّعْمَانَ بْنَ بَشِيْرٍ قَالَ: كَانَ
رَسُوْلُ اللهِ ص يُسَوّى صُفُوْفَنَا اِذَا قُمْنَا
لِلصَّلاَةِ، فَاِذَا اسْتَوَيْنَا كَبَّرَ. ابو داود
Dari
Simak, ia berkata :
Saya mendengar Nu’man
bin Basyir berkata,
“Dahulu
apabila kami akan shalat, Rasulullah SAW meratakan shaff kami, dan apabila shaff sudah rata, barulah beliau bertakbir”.
[HR. Abu Dawud juz 1, hal. 178]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar