َاْلحَمْدُ ِللهِ رَبّ اْلعَالَمِيْنَ، وَ بِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى
اُمُوْرِ الدُّنْيَا وَ الدّيْنِ، وَ الصَّلاَةُ وَ السَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ
اللهِ وَ عَلَى آلِهِ وَ اَصْحَابِهِ وَ مَنْ وَالاَهُ، اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ
اِلاَّ اللهُ وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ. اَمَّا بَعْدُ:
قَالَ اللهُ تَعَالَى، اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ
اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ. فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يبُنَيَّ
اِنّيْ اَرى فِى اْلمَنَامِ اَنّيْ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَا ذَا تَرى، قَالَ
ياَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِيْ اِنْ شَآءَ اللهُ مِنَ الصّبِرِيْنَ.
فَلَمَّا اَسْلَمَا وَ تَلَّه لِلْجَبِيْنِ. وَ نَادَيْنهُ اَنْ يّاِبْرهِيْمُ.
قَدْ صَدَّقْتَ الرُّءْيَا، اِنَّا كَذلِكَ نَجْزِى اْلمُحْسِنِيْنَ. اِنَّ هذَا
لَهُوَ اْلبَلؤُا اْلمُبِيْنُ. وَ فَدَيْنهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ. الصفات: 100-107
Maka
tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata, “Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu.
Maka pikirkanlah apa pendapatmu !”. Ia menjawab, “Hai
bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan
mendapatiku termasuk orang-orang yang shabar (102). Tatkala keduanya telah
berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah keshabaran keduanya) (103). Dan Kami panggillah dia, “Hai Ibrahim, (104) sesungguhnya kamu telah
membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat baik (105). Sesungguhnya ini
benar-benar suatu ujian yang nyata (106). Dan Kami
tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar (107).
[QS. Ash-Shaffat]
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ
اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum
muslimin dan muslimat rahimakumullah, pada hari ini kita berkumpul untuk
mengumandangkan takbir dan tahmid mengagungkan Asma Allah serta menjalankan
shalat ‘Iedul Adha dan insya Allah kita teruskan dengan menyembelih qurban dalam
rangka mendekatkan diri kepada Allah sebagai realisasi ikrar kita :
اِنَّ صَلاَتِيْ وَ نُسُكِيْ وَ مَحْيَايَ وَ مَمَاتِيْ ِللهِ رَبّ
اْلعَالَمِيْنَ. الانعام:162
Sesungguhnya
shalatku, ibadah sembelihanku (nusuk), hidup dan matiku aku serahkan sepenuhnya
kepada Allah Tuhan semesta alam.
[QS. Al-An’aam : 162]
Pada
hari ini pula berjuta-juta ummat Islam dari penjuru dunia berkumpul di tanah
suci Makkah Al-Mukarramah, tanpa membedakan suku bangsa, kekayaan maupun
pangkat/jabatan, untuk menjalankan ibadah rukun Islam kelima.
Hal ini menunjukkan rasa persamaan (musawwah) dalam
Islam.
Kaum
muslimin dan muslimat rahimakumullah, dari kisah yang disebutkan dalam
surat
Ash-Shaffat 102-107 tersebut, betapa berat ujian yang diberikan Allah kepada
Nabi Ibrahim
AS.
Nabi Ibrahim diperintah untuk menyembelih anaknya, anak
satu-satunya yang sangat dicintai dan diharapkan dapat melanjutkan tugas menyeru
dan mengajak manusia bertauhid kepada Allah. Namun
keteguhan hati Nabi Ibrahim AS yang dilandasi iman dan taqwa kepada Allah tanpa
ragu-ragu, perintah yang mendebarkan hati itu dilaksanakan dengan ikhlash dan
tawakkal ‘ala Allah. Begitu pula Isma’il dengan penuh keshabaran berserah
diri agar bapaknya dapat melaksanakan perintah Allah dengan
sebaik-baiknya.
Demikian
itulah gambaran orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah, tanpa
ragu-ragu melaksanakan perintah Allah, walaupun tampaknya sangat
membahayakan.
Lihat surat
Al-Hujurat : 15.
Sehubungan
dengan peristiwa yang bersejarah itu Rasulullah SAW menekankan bahwa amalan yang
paling dicintai Allah pada hari raya ‘Iedul Adha adalah menyembelih
qurban.
مَا عَمِلَ ابْنُ ادَمَ يَوْمَ النَّحْرِعَمَلاًاَحَبَّ اِلَىاللهِ مِنْ
هِرَاقَةِ دَمٍ. الترمذى و ابن ماجه
Tidak
ada amalan anak Adam pada hari nahr (‘Iedul Adha) yang paling dicintai Allah
daripada menyembelih qurban.
[HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah]
مَنْ وَجَدَ سَعَةً ِلاَنْ يُضَحّيَ فَلَمْ يُضَحّ فَلاَ يَقْرُبَنَّ
مُصَلاَّنَا. احمد و ابن ماجه
Barangsiapa
yang mempunyai kemampuan untuk berqurban, tetapi tidak mau berqurban, maka
janganlah ia dekat-dekat ke tempat shalat
kami.
[HR. Ahmad dan Ibnu Majah]
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ
اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum
muslimin dan muslimat rahimakumullah, ibadah hajji dan ibadah qurban merupakan
satu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.
Adapun kebaikannya, hajji yang mabrur balasannya adalah
surga.
اَلْحَجُّ اْلمَبْرُوْرُ لَيْسَ عَلَيْهِ جَزَاءٌ اِلاَّ
اْلجَنَّةَ
Hajji
mabrur itu tidak akan mendapat balasan kecuali
surga.
Sedang
qurban dijelaskan oleh Rasulullah bahwa tiap helai bulu binatang yang
diqurbankan ada kebaikannya.
Kaum
muslimin dan muslimat rahimakumullah, ibadah hajji dan hari raya ‘Iedul Adha dan
berqurban bagi ummat Islam di seluruh dunia akan selalu berjalan terus setiap
tahun dengan rasa gembira dan bahagia, karena memang ‘Iedul Adha adalah salah
satu dari dua hari raya di dalam Islam.
Namun ‘Iedul Adha tahun ini bagi kita bangsa
Indonesia
sangat prihatin dan berduka cita, karena sedang dilanda berbagai krisis yang
berkepanjangan.
Dari krisis ekonomi, krisis kepercayaan dan yang sangat
menyedihkan adalah krisis iman dan krisis akhlaq.
Hal
itu ditandai dengan semakin maraknya kemakshiyatan dan kejaha-tan di mana-mana,
dan semakin suburnya praktek-praktek kemusyrikan, seperti kegiatan-kegiatan
ziyarah ke quburan-quburan/petilasan para wali atau orang yang dianggap wali,
dengan maksud “ngalap berkah”, meminta selamat ke “segoro kidul” pada
tempat-tempat yang diang-gapnya keramat, dsb.
Aqidah
dan akhlaq adalah dua unsur yang sangat mendasar dan sangat menentukan di dalam
Islam.
Merosotnya nilai aqidah, manusia akan tersesat jauh,
dan merosotnya nilai akhlaq akan membawa kehancuran bangsa. Allah SWT berfirman :
اِنَّ اللهَ لاَ يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِه وَ يَغْفِرُ مَا دُوْنَ
ذلِكَ لِمَنْ يَّشَآءُ، وَ مَنْ يُّشْرِكْ بِاللهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً
بَعِيْدًا. النساء:116
Sesungguhnya
Allah tidak mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa selain syirik bagi
siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang berbuat syirik
sesungguhnya dia telah tersesat sejauh-jauhnya.
[QS. An-Nisaa’ : 116]
Seorang
pujangga Islam yang kenamaan Asy-Syauqi berkata
:
وَ اِنَّمَا اْلاَخْلاَقُ مَا بَقِيَتْ، فَاِنْ هُمُوْ ذَهَبَتْ
اَخْلاَقُهُمْ ذَهَبُوْا
Sesungguhnya
bangsa itu tergantung akhlaqnya, bila rusak akhlaqnya maka rusaklah bangsa
itu.
Bentuk
syirik lainnya ialah menjadikan manusia sebagai Tuhan selain Allah, yakni
menthaati segala perintahnya, sekalipun menyalahi agama.
Baik orang tersebut kyai, ulama, petinggi negara maupun
lainnya. Allah SWT berfirman
:
اِتَّخَذُوْا اَحْبَارَهُمْ وَ رُهْبَانَهُمْ اَرْبَابًا مّنْ دُوْنِ
اللهِ. التوبة:31
mereka
menjadikan ulama-ulama, dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain
Allah.
[QS. At-Taubah : 31]
‘Adiy
bin Hatim Ath-Thaa’i seorang Nashrani yang sudah masuk Islam, ketika mendengar
Nabi SAW membaca ayat tersebut langsung berkata, “Ya Rasulullah, kami dahulu
tidak pernah menyembah mereka”. Kemudian Rasulullah SAW bersabda :
اَ لَيْسَ يُحِلُّوْنَ مَا حَرَّمَ اللهُ فَتُحِلُّوْنَهُ وَ
يُحَرّمُوْنَ مَا اَحَلَّ اللهُ فَتُحَرّمُوْنَهُ؟
Bukankah
mereka menghalalkan apa-apa yang diharamkan Allah, lalu kamu ikut juga
menghalalkannya, mereka mengharamkan apa-apa yang dihalalkan Allah, lalu kamu
ikut mengharamkannya ?
فَتِلْكَ عِبَادَتُهُمْ
Begitulah
kamu menyembah mereka.
[HR. Tirmidzi]
لاَ طَاعَةَ لِمَخْلُوْقٍ فِى مَعْصِيَةِ اْلخَالِقِ. احمد
Tidak
ada kethaatan kepada makhluq dalam hal bermakshiyat kepada Al-Khaliq
(Allah).
[HR. Ahmad]
Dengan
demikian, haram hukumnya beragama dengan taqlid buta, apapun yang diperintahkan
oleh pimpinannya dithaati dan membela mati-matian sekalipun tidak sesuai dengan
aturan Allah dan Rasul-Nya.
Bentuk
musyrik lainnya adalah fanatisme terhadap golongan, sehingga merasa bangga
dengan golongannya dan tidak bangga dengan Islamnya.
Firman Allah SWT :
... وَ لاَ تَكُوْنُوْا مِنَ اْلمُشْرِكِيْنَ.
مِنَ الَّذِيْنَ فَرَّقُوْا دِيْنَهُمْ وَ كَانُوْا شِيَعًا، كُلُّ حِزْبٍ بِمَا
لَدَيْهِمْ فَرِحُوْنَ. الروم: 31-32
.....
dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik,
yaitu orang-orang yang memecah belah agamanya menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan golongannya yang ada.
[QS. Ar-Ruum : 31-32]
Kaum
muslimin dan muslimat rahimakumullah, kalau moral dan aqidah suatu bangsa sudah
rusak, maka kesatuan dan persatuan terancam, disintegrasi bangsa muncul di
mana-mana, dengan kedok HAM manusia bebas berbuat apasaja yang diinginkan, tanpa
menggunakan akal sehatnya bahwa perbuatannya itu juga mengganggu, bahkan
merampas hak azasi manusia lainnya.
Dengan
sebab rusaknya aqidah dan akhlaq itu pulalah Tri Kerukunan yang begitu indah dan
nyaman berubah menjadi perseteruan yang sadis dan mengerikan.
Ummat
Islam merupakan ummat yang satu, tetapi terkotak-kotak menjadi bergolong-golong
dan berpartai-partai, masing-masing bangga dengan partainya, merasa partainya
lah yang paling baik dan benar, sehingga menganggap partai yang lain rendah dan
salah. Sesama muslim sudah tidak lagi merasa saudara,
malah dianggap sebagai lawan atau musuh yang harus dijatuhkan, karena berbeda
partai atau golongan. Allah SWT berfirman
:
وَ اِنَّ هذِهِ اُمَّتُكُمْ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّ اَنَا رَبُّكُمْ
فَاتَّقُوْنِ. فَتَقَطَّعُوْا اَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْ زُبُرًا، كُلُّ حِزْبٍ بِمَا
لَدَيْهِمْ فَرِحُوْنَ. المؤمنون:52-53
Sesungguhnya
ummat ini (ummat Islam) adalah ummat yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka
bertaqwalah kepada-Ku.
Kemudian mereka (pengikut-pengikut Rasul itu) menjadikan agama
mereka terpecah belah menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan
merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka
masing-masing.
[QS. Al-Mukminun : 52-53]
Tiap-tiap
pecahan tersebut mengaku golongan Islam dan memperjuang-kan Islam, tetapi sepak
terjangnya jauh dari tuntunan Islam.
Sedangkan Nabi SAW bersabda :
اِيَّاكُمْ وَ الظَّنَّ فَاِنَّ الظَّنَّ اَكْذَبُ اْلحَدِيْثِ، وَ لاَ
تَحَسَّسُوْا، وَ لاَ تَجَسَّسُوْا، وَ لاَ تَنَافَسُوْا، وَ لاَ تَحَاسَدُوْا، وَ
لاَ تَبَاغَضُوْا، وَ كُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ اِخْوَانًا. اَلْمُسْلِمُ اَخُو
اْلمُسْلِمِ، لاَ يَظْلِمُهُ، وَ لاَ يَخْذُلُهُ، وَ لاَ يَحْقِرُهُ. اَلتَّقْوَى
ههُنَا (وَ يُشِيْرُ اِلَى صَدْرِهِ). بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرّ اَنْ يَحْقِرَ
اَخَاهُ اْلمُسْلِمَ. كُلُّ اْلمُسْلِمِ عَلَى اْلمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَ
عِرْضُهُ وَ مَالُهُ. البخارى عن ابى هريرة
Jauhkanlah
dirimu dari buruk sangka, karena buruk sangka itu sedusta-dusta omongan (hati),
janganlah kamu mencari-cari aib, janganlah kamu mengintai-intai, janganlah kamu
bersaing (yang tidak sehat), janganlah kamu dengki-mendengki, janganlah kamu
benci-membenci. Jadilah kamu hamba-hamba Allah yang
bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi
muslim lainnya. Tidak boleh menganiaya, tidak boleh membiarkannya (tidak
tolong-menolong), dan tidak boleh menghinanya. Taqwa itu di
sini (sambil beliau mengisyaratkan/menunjuk ke dadanya). Seorang muslim cukup menjadi jahat karena dia menghina saudaranya
sesama muslim. Tiap seorang muslim terhadap muslim
lainnya adalah haram darahnya, haram kehormatannya dan haram
hartanya.
[HR. Bukhari dari Abu Hurairah]
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ
اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum
muslimin dan muslimat rahimakumullah, keadaan ummat Islam sekarang rasanya sudah
tidak memperhatikan sabda Rasulullah tersebut.
Satu sama lain saling menghina, merendahkan, bahkan
saling menjatuhkan hingga menghalalkan darahnya. Hal ini
menunjukkan merosotnya aqidah dan akhlaqnya.
Kaum
muslimin dan muslimat rahimakumullah, mengapa negeri yang besar ini dan
mayoritas penduduknya beragama Islam tidak membawa rahmatan lil ‘aalamiin ? Rasulullah SAW pernah bersabda
:
يُوْشِكُ اَنْ يَأْتِيَ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يَبْقَى مِنَ
اْلاِسْلاَمِ اِلاَّ اسْمُهُ، وَ لاَ يَبْقَى مِنَ اْلقُرْآنِ اِلاَّ رَسْمُهُ،
مَسَاجِدُهُمْ عَامِرَةٌ وَ هِيَ خَرَابٌ مِنَ اْلهُدَى، عُلَمَاؤُهُمْ شَرُّ مَنْ
تَحْتَ اَدِيْمِ السَّمَاءِ، مِنْ عِنْدِهِمْ تَخْرُجُ اْلفِتْنَةُ وَ فِيْهِمْ
تَعُوْدُ. البيهقى فى شعب الايمان
Akan
datang bagi manusia suatu masa, Islam tinggal namanya, Al-Qur’an tinggal
tulisannya, masjidnya ramai adapun isinya menyalahi hukum agama, ulama-ulamanya
sejelek-jelek manusia ibarat di bawah bayangan langit (gelap), dan dari
ulama-ulama tersebut keluar fitnah, dan fitnah itu kembali kepada mereka
(fitnah-memfitnah).
[HR. Baihaqi dalam kitab Syu’abul Iman]
Kedengkian,
permusuhan adalah perilaku iblis.
Rasulullah SAW bersabda :
اِنَّ اِبْلِيْسَ قَدْ يَئِسَ اَنْ يَعْبُدَهُ الصَّالِحُوْنَ وَ لكِنْ
يَسْعَى بَيْنَهُمْ فِى التَّخْرِيْشِ. البخارى
Sesungguhnya
iblis telah putus asa untuk disembah oleh orang-orang shaleh, tetapi ia tetap berusaha mengadu domba (menimbulkan permusuhan)
diantara mereka.
[HR. Bukhari]
Oleh
karena itu orang yang sudah kemasukan iblis, sekalipun beridentitas muslim, tingkah lakunya, perbuatannya, pola pikirnya jauh
dari tuntunan Islam. Suka berbuat kerusakan, pengrusakan dan
permusuhan, yang kesemuanya itu “laisa minal Islam”, dan perbuatan yang dibenci
oleh Allah SWT. Tidak saja orang awam yang digarap iblis, tingkat ulama
pun dapat juga tergarap oleh iblis. Jika tingkatan ulama sudah tergarap juga
oleh iblis, maka fungsi ulama sebagai pewaris para Nabi yang membawa petunjuk ke
jalan keselamatan, penyejuk dan sebagai suluh (obor) penerang di tengah-tengah
masyarakat yang kegelapan dan kebingungan sudah gugur, dan beralih dari manusia
yang paling baik, merosot jatuh menjadi manusia yang paling jelek. Rasulullah
SAW bersabda :
خَيْرُ عِبَادِ اللهِ الَّذِيْنَ اِذَا رُءُوْا ذُكِرَ اللهُ، وَ
شَرَارُ عِبَادِ اللهِ اْلمَشَاؤُوْنَ بِالنَّمِيْمَةِ اْلمُفَرّقُوْنَ بَيْنَ
اْلاَحِبَّةِ اْلبَاغُوْنَ لِلْبَرَاءِ اْلعَنَتِ. احمد و ابو داود و الحاكم
Hamba
Allah yang paling baik adalah orang yang apabila dimintai wawasan, disebutlah
Allah (memberi wawasan menurut petunjuk Allah). Dan hamba
Allah yang paling jelek adalah orang-orang yang kesana-kemari menyebar fitnah,
memecah belah kesatuan dan persatuan yang dijalin dengan rasa cinta perdamaian,
dan menghendaki kesengsaraan bagi orang yang baik yakni yang menjaga diri dari
perbuatan dosa.
[HR. Ahmad, Abu Dawud dan Hakim]
Walaupun
sudah beralih fungsi, namun sebutan ulama masih melekat pada
dirinya.
Perbuatannya selalu sia-sia dan sangat merugikan, yakni
menyebar fitnah, mendukung perbuatan anarki, menumbangkan pohon-pohon ke jalan,
pendorong semangat permusuhan, dsb. Namun masih merasa berbuat yang
sebaik-baiknya, bahkan merasa berjihad dan akan
mendapat pahala di sisi Allah. Allah SWT berfirman dalam
surat
Al-Kahfi ayat 103-104 :
قُلْ هَلْ اُنَبّئُكُمْ بِاْلاَخْسَرِيْنَ اَعْمَالاً. اَلَّذِيْنَ
ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِى اْلحَيوةِ الدُّنْيَا وَ هُمْ يَحْسَبُوْنَ اَنَّهُمْ
يُحْسِنُوْنَ صُنْعًا. الكهف:103-104
Katakanlah,
“Maukah aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya ?. Yaitu orang-orang yang
telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka menyangka
bahwa mereka telah berbuat sebaik-baiknya”.
[QS. Al-Kahfi : 103-104]
Sebenarnya
mereka berbuat dosa, tetapi merasa berpahala, berbuat kerusakan tetapi merasa
berbuat kebaikan.
Membangkitkan
semangat permusuhan adalah perbuatan syaithan, sedang mendamaikan perselisihan
dan menebarkan kasih sayang adalah perbuatan yang dicintai Allah dan beroleh
pahala yang besar.
Rasulullah SAW bersabda :
اَلاَ اُخْبِرُكُمْ بِاَفْضَلَ مِنْ دَرَجَةِ الصَّلاَةِ وَ الصّيَامِ
وَ الصَّدَقَةِ؟ قَالُوْا: بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ. صَلاَحُ ذَاتِ
اْلبَيْنِ. الترمذى و ابو داود
لاَ تَدْخُلُوا اْلجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوْا وَ لاَ تُؤْمِنُوْا
حَتَّى تَحَابُّوْا. الترمذى
“Maukah
kalian aku tunjukkan sesuatu yang lebih baik daripada pahala shalat, puasa dan
shadaqah ?”. Para shahabat menjawab,
“Tentu ya Rasulullah”. Nabi SAW bersabda, “Memperbaiki hubungan sesama
saudara (mendamaikan perselisihan)”.
[HR. Tirmidzi dan Abu Dawud]
“Kamu
sekalian tidak akan masuk surga sehingga kamu sekalian
beriman, dan kamu sekalian tidak beriman sehingga saling berkasih
sayang”.
[HR. Tirmidzi]
Memperhatikan
hadits-hadits tersebut jelaslah bahwa pertikaian dan permusuhan merupakan
perbuatan yang sangat dikutuk oleh Allah, sedangkan mendamaikan orang yang
bermusuhan pahalanya lebih besar daripada pahala shalat, puasa dan
bersedeqah.
Demikian pula di dalam hati orang yang beriman akan
memancarkan rasa kasih sayang. Dan orang yang di dalam hatinya
memendam rasa benci, dendam dan semangat permusuhan adalah bukan orang yang
beriman, melainkan kawanan iblis dan syaithan yang
terlaknat.
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ
اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum
muslimin dan muslimat rahimakumullah, kalau kita cermati dan kita rasakan,
sepertinya kita sebagai bangsa yang besar ini sudah tercabut rasa kasih
sayangnya.
Ribuan manusia meninggal dunia dengan sangat mengenaskan
menjadi korban keganasan dan pembantaian yang dilakukan oleh manusia-manusia
bangsa Indonesia
sendiri yang sudah hilang rasa kemanusiaannya, dan menjadi komplotan iblis dan
syaithan.
Hal
itu terjadi di berbagai belahan bumi Nusantara, akhir-akhir ini di Sampit,
Kalimantan Tengah.
Kaum
muslimin dan muslimat rahimakumullah, semua kejadian yang menyedihkan itu,
ditambah lagi terjadinya bencana alam di mana-mana, seperti banjir, tanah
longsor, gunung meletus dan sebagainya, tentu menambah kesedihan kita
semua.
Sebagai orang yang beriman tentu kita tidak akan
mengatakan bahwa semua itu terjadi secara kebetulan atau hanya karena kesalahan
seseorang. Tetapi harus kita cermati dengan mata hati yang paling dalam,
jangan-jangan itu merupakan adzab Allah, karena Allah berfirman :
قُلْ هُوَ اْلقَادِرُ عَلى اَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مّنْ
فَوْقِكُمْ اَوْ مِنْ تَحْتِ اَرْجُلِكُمْ اَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَّ يُذِيْقَ
بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ، اُنْظُرْ كَيْفَ نُصَرّفُ اْلايتِ لَعَلَّهُمْ
يَفْقَهُوْنَ. الانعام:65
Katakanlah,
“Dialah yang berkuasa untuk mengirim adzab kepadamu dari atasmu atau dari bawah
kakimu, atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling
bertentangan), dan merasakan kepada (sebagian) kamu keganasan sebagian yang
lain. Perhatikanlah betapa Kami mendatangkan tanda-tanda
kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahaminya”.
[QS. Al-An’aam : 65]
Kaum
muslimin dan muslimat rahimakumullah, datangnya adzab itu atas usaha manusia
atau bangsa itu sendiri.
Allah SWT berfirman :
مَا اَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللهِ، وَ مَا اَصَابَكَ مِنْ
سَيّئَةٍ فَمِنْ نَّفْسِكَ. النساء:79
Apasaja
kebaikan yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apasaja mushibah (bencana)
yang menimpa kamu, maka itu dari kesalahanmu sendiri.
[QS. An-Nisaa’ : 79]
لَئِنْ شَكَرْتُمْ َلاَزِيْدَنَّكُمْ وَ لَئِنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ
عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ. ابرهيم:7
Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya adzab-Ku sangat
pedih.
[QS. Ibrahim : 7]
Karena
kufur nikmat, yakni tidak mau mensyukuri karunia yang telah Allah berikan kepada
hamba-Nya, dapat menjadi sebab datangnya adzab.
Oleh
karena itu mushibah demi mushibah yang susul-menyusul tidak henti-hentinya ini,
kita sebagai bangsa perlu mawas diri, jangan diterus-teruskan saling menyalahkan
orang lain, merasa benar sendiri.
Hal itu tidak akan menyelesaikan masalah, bahkan akan
menambah masalah.
Menurut
Nabi SAW bahwa orang yang paling baik dan untung adalah orang yang habis
waktunya untuk mengoreksi diri sendiri, sehingga tidak ada waktu (tidak sempat)
untuk mencari-cari kesalahan orang lain. Dan bukan malah
sebaliknya.
Dengan
hati yang jujur dilandasi niat yang ikhlash, marilah kita renungkan
nikmat-nikmat yang telah Allah limpahkan kepada bangsa kita ini, dan bagaimana
kita mensikapi selama ini.
Mulai dari nikmat kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, setelah dicengkeram
penjajah kurang lebih 350 tahun, dan digagalkannya pemberontakan PKI di Madiun
tahun 1948, puncaknya terjadi Tragedi Nasional G 30 S/PKI di tahun1965, yang
menelan banyak korban jiwa, terutama para kyai, muballigh, dan aktifis-aktifis
muslim, bahkan termasuk beberapa jendral TNI yang menjadi korban pembunuhan
dengan sadis, di luar peri kemanusiaan.
Pada
saat yang demikian Allah memberi kenikmatan kepada bangsa
Indonesia
dengan lahirnya Angkatan ‘66 dan pemerintahan Orba.
Diantara agenda angkatan ‘66 adalah “Bubarkan PKI dan turunkan
harga”.
Berkat
pertolongan Allah, G 30 S/PKI dapat ditumpas dan PKI dibubarkan seakar-akarnya
oleh pemerintah Orba, harga dapat dikendalikan dan inflasi dapat
ditekan.
Pada
saat itulah seluruh bangsa Indonesia
selain PKI merasa lega, dapat menghirup udara segar,
selamat dari ancaman kekejaman PKI, dan berangsur-angsur kerukunan bangsa
semakin mantap, dan dakwah Islam mulai berjalan tanpa hambatan yang
berarti.
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ
اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum
muslimin dan muslimat rahimakumullah, kalau kita akui secara jujur, lahirnya
pemerintahan Orba merupakan nikmat yang Allah berikan kepada bangsa
Indonesia
untuk menyelamatkan bangsa ini dari kehancuran akibat ulah Komunis yang Atheis
itu.
Namun nikmat-nikmat yang besar tersebut diatas kita bangsa
Indonesia
tidak menyambut dengan syukur, malah dengan kufur, seolah-olah itu semua hasil
usahanya sendiri, atau golongannya.
Tidak menyadari bahwa itu karunia dari
Allah.
Pemerintah
Orba telah membangun bangsa dan negara ini, dan hasilnya telah dapat dirasakan
oleh sebagian besar penduduk Indonesia
dari kota
sampai pelosok-pelosok desa. Sarana angkutan lancar,
perekonomian menjadi lancar, pendapatan perkapita naik, rakyat menjadi makmur
tidak kurang sandang pangan, walaupun belum merata, dan angka kemiskinan dapat
ditekan, keamanan pun terkendali. Gedung-gedung sekolah, kantor, tempat ibadah dibangun dengan bagus dan megah
sebagaimana yang kita saksikan.
Namun
keberhasilan pembangunan fisik yang pesat tadi didak diimbangi dengan pembinaan
mental iman yang kuat, akhirnya menghasilkan manusia-manusia yang rakus, thamak
pada harta dan kedudukan, selanjutnya saling berebut harta tanpa berhitung halal
maupun haram, dan berebut kedudukan untuk memperoleh fasilitas-fasilitas yang
menyenangkan.
Untuk
menunjang itu semua terjadilah Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) di segala
bidang dan terbentuklah jaringan yang kental dan kuat dari atas sampai bawah dan
sulit diberantas.
Rasulullah
SAW pernah mengkhawatirkan dengan sabdanya
:
فَوَ اللهِ مَا اْلفَقْرُ اَخْشَى عَلَيْكُمْ، وَ لكِنْ اَخْشَى اَنْ
تُبْسَطَ الدُّنْيَا عَلَيْكُمْ كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ
فَتَنَافَسُوْهَا كَمَا تَنَافَسُوْهَا فَتُهْلِكَكُمْ كَمَا
اَهْلَكَتْهُمْ. متفق عليه
Demi
Allah, bukan kemiskinan yang saya khawatirkan atas kamu, tetapi saya khawatir
kalau terhampar luas bagimu dunia ini sebagaimana terhampar luas pada
orang-orang sebelum kamu, kemudian kamu bersaing tidak sehat sebagaimana mereka
bersaing sehingga membinasakan kamu sebagaimana telah membinasakan
mereka.
[HR. Muttafaq ‘alaih]
مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ اُرْسِلاَ فِى غَنَمٍ بِاَفْسَدَ لَهَا مِنْ
حِرْصِ اْلمَرْءِ عَلَى اْلمَالِ وَ الشَّرَفِ لِدِيْنِهِ. الترمذى
Kerusakan
agama seseorang yang disebabkan oleh sifat thamak dan rakus terhadap harta dan
kedudukan lebih parah daripada kerusakan yang timbul dari dua serigala yang
lapar yang dilepaskan dalam rombongan kambing.
[HR. Tirmidzi]
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ
اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Dengan
munculnya manusia-manusia yang rakus dan thamak terhadap harta dan kedudukan itu
maka terjadi persaingan yang tidak sehat, saling jegal-menjegal,
jatuh-menjatuhkan sebagaimna yang dijelaskan pada sabda Nabi SAW
diatas.
Akhirnya secara berangsur-angsur rusaklah kepercayaan
masyarakat terhadap Orba dan pada gilirannya Allah jatuhkan kekuatan Orba yang
sudah berkuasa + 32 tahun itu.
Kaum
muslimin dan muslimat rahimakumullah, Allah SWT berfirman
:
ضَرَبَ اللهُ مَثَلاً قَرْيَةً كَانَتْ امِنَةً مُّطْمَئِنَّةً
يَّأْتِيْهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مّنْ كُلّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِاَنْعُمِ اللهِ،
فَاَذَاقَهَا اللهُ لِبَاسَ اْلجُوْعِ وَ اْلخَوْفِ بِمَا كَانُوْا
يَصْنَعُوْنَ. النحل:112
Allah
telah membuat perumpamaan dengan sebuah negeri yang dahulunya aman lagi
tenteram, rezqinya datang kepadanya berlimpah ruah dari segenap penjuru
(makmur), tetapi penduduknya mengingkari nikmat Allah. Karena itu Allah
menimpakan kepada mereka pakaian kelaparan (kemiskinan) dan ketakutan
(kekhawatiran) disebabkan apa yang selalu mereka
perbuat.
[QS. An-Nahl :112]
Oleh
karena itu kita sebagai muslim dalam rangka mensyukuri
nikmat Allah, segala sesuatu kita pandang dengan kacamata agama, jangan dengan
hawa nafsu dan kebencian yang tentu tidak dapat jujur dan
adil.
ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّامِيْنَ ِللهِ شُهَدَآءَ
بِاْلقِسْطِ، وَ لاَ يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَانُ قَوْمٍ عَلى اَلاَّ تَعْدِلُوْا،
اِعْدِلُوْا هُوَ اَقْرَبُ لِلتَّقْوى، وَ اتَّقُوا اللهَ، اِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ
بِمَا تَعْمَلُوْنَ. المائدة:8
Hai
orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang yang selalu menegakkan
kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil.
Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil (dhalim). Berlaku adillah, karena
adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
[QS. Al-Maidah : 8]
Tumbangnya
Orba, muncullah Orde Reformasi, tentunya kita semua mengharapkan
perbaikan-perbaikan dari kerusakan-kerusakan yang diperbuat oleh Orba. Maka semestinya ditata kembali dengan hati-hati, dan mohon
pertolongan kepada Allah SWT, yang baik kita teruskan syukur dapat ditingkatkan,
sedangkan yang jelek kita buang dan yang rusak kita perbaiki. Jangan malah yang rusak semakin menjadi parah, yang baik kita
tutup-tutupi, hingga menyebutkan kebaikannya saja tabu, tetapi dengan bangga
memberi peluang dan kesempatan untuk bangkitnya kembali PKI. Mental semacam itu pantas disangsikan untuk
dipercaya.
Kaum
muslimin dan muslimat rahimakumullah, tidak ada manusia yang sempurna, sehingga
pasti ada kebaikannya dan ada pula kekurangan-nya.
Sedangkan Allah SWT berfirman :
.... وَ لاَ تَنْسَوُا اْلفَضْلَ بَيْنَكُمْ،
اِنَّ اللهَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ. البقرة:237
Dan
janganlah kamu melupakan kebaikan diantara kamu, sesungguh-nya Allah Maha
Melihat segala apa yang kamu kerjakan.
[QS. Al-Baqarah : 237]
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ
اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Sebagai
orang yang beriman, lahirnya Orde Reformasi harus benar-benar kita cermati
dengan hati-hati, apakah ini nikmat ataukah adzab dari Allah.
Kalau
merupakan suatu nikmat, harus kita syukuri dengan menata kembali secara jujur
dan adil, jangan kita sia-siakan, yang akhirnya akan
mengulang kepahitan seperti jaman Orde Baru. Namun kalau
merupakan adzab, kita harus mawas diri dan segera bertaubat mohon ampun kepada
Allah SWT, sebelum datang adzab yang lebih dahsyat
lagi.
Karena
sejak lahirnya Orde ini sampai sekarang situasi negeri kita memang sangat
menyedihkan.
Ekonomi semakin jatuh, angka kemiskinan terus bertambah,
rakyat semakin beringas dan berbuat anarkis, dengan merusak dan membakar,
termasuk membakar tempat ibadah. Pengangguran menumpuk, perang saudara,
pembunuhan dengan cara sadisme terjadi di mana-mana.
Bahkan para kyai (guru ngaji), ulama termasuk menjadi sasaran
pembunuhan dengan dalih dhukun santet.
Kalau
beberapa waktu lalu ribuan nyawa melayang di Ambon, Maluku Utara, bahkan
sejumlah wanita dan anak-anak beserta orang-orang tua dibakar bersama-sama di
dalam masjid, akhir-akhir ini ratusan orang bergelimpangan tanpa kepala di
Sampit, Kalimantan Tengah, akibat perang etnis (antara penduduk asli dengan
pendatang).
Itu
semua harus kita pikirkan bersama bagi ummat Islam khususnya yang mayoritas di
negeri ini.
Kita rapatkan barisan, kita pupuk ukhuwah dengan penuh rasa kasih sayang, kita
hentikan hina-menghina, jatuh- menjatuhkan sesama muslim, bertaubat mohon ampun
kepada Allah atas dosa-dosa yang telah kita lakukan, kita imbangi dengan
memperbanyak amal shaleh, kita tingkatkan ketaqwaan kepada Allah dengan
sebenar-benarnya, insya Allah semua kesulitan akan dapat diselesaikan dengan
baik berkat pertolongan Allah SWT.
Para
pembesar negeri ini pun rupanya tidak mampu mengatasi situasi yang gawat
ini.
Karena sebagai pimpinan tampaknya tidak menempatkan diri sebagai pelayan ummat
yang baik dan tidak merasa memikul amanat yang berat yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak, melainkan
yang dipikirkan sebagai pemimpin hanya fasilitas-fasilitas dan kemewahan hidup
duniawi. Maka program utama menjadi pemimpin dengan menaikkan
gaji para pembesar negeri, walaupun rakya hidup dalam kemiskinan. Na’udzu billaahi min dzaalik.
Rasulullah
SAW bersabda :
كَبِيْرُ اْلقَوْمِ خَادِمُهُمْ
Pembesar
suatu kaum adalah pelayan mereka.
Yakni
melayani kaum tersebut sebaik-baiknya, bukan sebagai penguasa yang
diktator.
Kaum
muslimin dan muslimat rahimakumullah, dengan semangat ‘Iedul Adha dan berqurban,
kita luruskan kembali tauhid dan tawakkal kita sebagaimana Nabi Ibrahim dan Nabi
Isma’il bertauhid dan bertawakkal kepada Allah SWT.
Sebagai
penutup, kami kutipkan beberapa sabda Rasulullah SAW untuk kita renungkan :
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ رض اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ لِكَعْبِ
بْنِ عُجْرَةَ: اَعَاذَكَ اللهُ مِنْ اِمَارَةِ السُّفَهَاءِ. قَالَ: وَ مَا
اِمَارَةُ السُّفَهَاءِ؟ قَالَ: اُمَرَاءُ يَكُوْنُوْنَ بَعْدِى لاَ يَقْتَدُوْنَ
بِهَدْيِى، وَ لاَ يَسْتَنُّوْنَ بِسُنَّتِى. فَمَنْ صَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَ
اَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَاُولئِكَ لَيْسُوْا مِنّى وَ لَسْتُ مِنْهُمْ، وَ
لاَ يَرِدُوْنَ عَلَى حَوْضِى، وَ مَنْ لَمْ يُصَدّقْهُمْ بِكَذْبِهِمْ وَ لَمْ
يُعِنْهُ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَاُولئِكَ مِنّى وَ اَنَا مِنْهُمْ وَ سَيَرِدُوْنَ
عَلَى حَوْضِى. يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ، الصَّوْمُ جُنَّةٌ وَ الصَّدَقَةُ
تُطْفِئُ اْلخَطِيْئَةَ وَ الصَّلاَةُ قُرْبَانٌ (اَوْ بُرْهَانٌ). يَا كَعْبُ بْنَ
عُجْرَةَ، اِنَّهُ لاَ يَدْخُلُ اْلجَنَّةَ لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ، اَلنَّارُ
اَوْلَى بِهِ. يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ، النَّاسُ غَادِيَانِ فَمُبْتَاعٌ نَفْسَهُ
فَمُعْتِقُهَا وَ بَائِعٌ نَفْسَهُ فَمُوْبِقُهَا. احمد و الترمذى
Dari
Jabir bin ‘Abdullah RA, ia berkata, bahwa Nabi SAW
telah bersabda kepada Ka’ab bin ‘Ujrah, “Semoga Allah melindungimu dari
pemimpin-pemimpin yang tolol”. Lalu Ka’ab bertanya, “Ya Rasulullah, siapakah
pemimpin yang tolol itu ?”. Rasulullah SAW menjawab,
“Yakni para pemimpin sesudahku yang tidak mau memakai petunjuk dengan
petunjukku, dan tidak mau berpegang pada sunnahku. Barangsiapa membenarkan
perilaku mereka dengan segala kebohongannya serta membantu kedhaliman mereka,
maka tidak termasuk golonganku dan akupun tidak termasuk golongan mereka, dan
mereka tidak berhak minum air telagaku. Dan barangsiapa tidak membenarkan
perilaku mereka dengan segala kebohongannya serta tidak membantu kedhaliman
mereka, maka termasuk golonganku dan akupun termasuk golongan mereka, dan mereka
berhaq minum air telagaku. Hai Ka’ab bin ‘Ujrah, puasa adalah perisai api
neraka, sedekah adalah penghapus dosa, dan shalat adalah petunjuk. Hai Ka’ab bin
‘Ujrah, sesungguhnya tidak akan masuk surga daging yang tumbuh dari barang yang
haram, api neraka lebih pantas baginya. Hai Ka’ab bin ‘Ujrah, manusia terdiri
dari dua macam. Ada yang menjual dirinya ke jalan Allah, hingga ia selamat dari siksa neraka. Dan ada yang menjual dirinya
kepada hawa nafsu, hingga nerakalah sebagai tempat tinggal
mereka.
[HR. Ahmad dan Tirmidzi]
سِبَابُ اْلمُسْلِمِ فُسُوْقٌ وَ قِتَالُهُ كُفْرٌ. البخارى و مسلم
Mencaci
orang muslim adalah fasiq dan membunuhnya adalah
kafir.
[HR. Bukhari dan Muslim]
اِذَا اْلتَقَى اْلمُسْلِمَانِ بِسَيْفَيْهِمَا فَقَتَلَ اَحَدُهُمَا
صَاحِبَهُ فَاْلقَاتِلُ وَ اْلمَقْتُوْلُ فِى النَّارِ. البخارى
Apabila
dua orang muslim menghunus pedangnya masing-masing,
kemudian salah satunya membunuh temannya, maka yang membunuh dan yang dibunuh
masuk neraka.
[HR. Bukhari]
رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّ فِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً
وَّ قِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَ اْلحَمْدُ ِللهِ رَبّ اْلعَالَمِيْنَ
~oO[ A ]Oo~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar