1/23/2013

REFORMASI MENTAL UNTUK MEMBERANTAS KORUPSI DAN SEMUA BENTUK KEJAHATAN SECARA TUNTAS

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبّ اْلعَالَمِيْنَ، وَ بِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى اُمُوْرِ الدُّنْيَا وَ الدّيْنِ، وَ الصَّلاَةُ وَ السَّلاَمُ عَلَى اَشْرَفِ اْلاَنْبِيَاءِ وَ اْلمُرْسَلِيْنَ وَ عَلَى آلِهِ وَ اَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ. اَمَّا بَعْدُ:
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, hari ini, 1 Syawwal 1427 H, bertepatan dengan tanggal 24 Oktober 2006 M, ummat Islam di berbagai penjuru dunia merayakan ‘Iedul Fithri, salah satu dari tiga hari raya yang resmi dalam Islam. Hari raya ini diawali dengan membayar zakat yang berupa bahan makanan pokok, yang dikenal dengan zakat fithrah.
Zakat fithrah ini diwajibkan pada setiap muslim dari segala lapisan yang ada kelebihan dari kebutuhan pokoknya pada saat itu. Ibnu ‘Umar salah seorang shahabat Rasulullah SAW mengatakan :
فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ ص زَكَاةَ اْلفِطْرِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ اَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ عَلَى اْلعَبْدِ وَ اْلحُرّ وَ الذَّكَرِ وَ اْلاُنْثَى وَ الصَّغِيْرِ وَ اْلكَبِيْرِ مِنَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ اَمَرَ بِهَا اَنْ تُؤَدَّى قَبْلَ خُرُوْجِ النَّاسِ اِلىَ الصَّلاَةِ. البخارى
Rasulullah SAW sudah mewajibkan zakat Fithrah satu Sha' (+ 2,5 kg atau 3 liter) dari korma atau satu sha' dari  gandum atas budak maupun orang merdeka, laki-laki, perempuan, anak-anak dan dewasa dari orang-orang Islam, dan beliau menyuruh supaya dikeluarkan zakat fithrah itu sebelum orang-orang keluar pergi shalat ('Idul Fithri). [HR. Bukhari].
Zakat fithrah diharapkan mampu meredam sifat kikir, loba, serakah yang mengancam dan merusak kehidupan kita beragama. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda :
مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ اُرْسِلاَ فِى غَنَمٍ بِاَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ اْلمَرْءِ عَلَى اْلمَالِ وَ الشَّرَفِ لِدِيْنِهِ. الترمذى
Mafhumnya, sifat thama’ dan rakus terhadap harta dan kedudukan, dapat merusak agama seseorang lebih parah daripada rusaknya serombongan kambing yang dilepaskan di dalamnya dua serigala yang lapar.
Sebagai puncak dalam merayakan ‘Iedul Fithri ini adalah shalat dua rekaat, yang diiringi dengan khutbah yang mengandung muatan mau’idhah hasanah.
Apabila shalat tersebut benar-benar dilakukan dengan khusyu’ dan khudlu’ dan menegakkan shalat dalam arti yang sebenar-benarnya akan menimbulkan kekuatan yang luar biasa dalam kehidupan manusia secara pribadi maupun secara kebersamaan sebagai bangsa di suatu negara.
Shalat yang ditegakkan dengan betul, mampu menumpas segala bentuk perbuatan keji dan munkar, hal itu dinyatakan oleh Allah SWT :
… اِنَّ الصَّلوةَ تَنْهى عَنِ اْلفَحْشَآءِ وَ اْلمُنْكَرِ، وَ لَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ… العنكبوت: 45
…..sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan munkar. Dan mengingat Allah (shalat) sesungguhnya lebih besar (keutamaannya dari pada ibadah-ibadah yang lain). [QS. Al-‘Ankabuut : 45]
Buah shalat membuat hati menjadi tenteram, maka akan terhindar dari rasa putus asa, stress, bingung, gelisah dan sebagainya.

اَلاَ بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ اْلقُلُوْبُ. الرعد: 28

Ingatlah hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram. [QS. Ar-Ra’d : 28]
Rasulullah SAW menjelaskan bahwa shalat adalah menjadi tolok ukur dari baik dan buruknya amal perbuatan seseorang. Dalam satu sabdanya :
اَوَّلُ مَا يُحَاسَبُ بِهِ اْلعَبْدُ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ اَلصَّلاَةُ. فَاِنْ صَلُحَتْ صَلُحَ سَائِرُ عَمَلِهِ وَ اِنْ فَسَدَتْ فَسَدَ سَائِرُ عَمَلِهِ. الطبرانى فى الاوسط
Pada hari qiyamat yang pertama-tama dihisab amal seseorang adalah shalatnya. Kalau shalatnya baik, maka baik pulalah semua amal-amalnya yang lain. Bila shalatnya rusak, maka rusak pulalah seluruh amal-amal lainnya. [HR. Thabrani dalam Al-Ausath]
Maka shalat menjadi tiangnya agama, barangsiapa yang menegakkan shalatnya, dia benar-benar menegakkan agamanya, dan yang tidak menegakkan shalatnya berarti dia telah merobohkan agamanya.
اَلْحَمْدُ ِللهِ   kita mempunyai negara yang besar, dan besar pula jumlah penduduknya, 200 juta lebih, dan sebagian besar dari jumlah penduduk itu beragama Islam. Maka kita mempunyai potensi yang sungguh-sungguh membanggakan untuk dapat mewujudkan suasana yang aman, tenteram, jauh dari semua bentuk kejahatan, kema’shiyatan yang dapat merusak ketenteraman dan kebahagiaan. Tetapi apa yang terjadi di negeri ini ?
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, Allah SWT tidak mungkin salah firman-firman-Nya, juga Rasulullah SAW, tidak mungkin salah petunjuknya.
فَاِنَّ اَصْدَقَ اْلحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَ اِنَّ اَفْضَلَ اْلهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ. احمد
Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah kitab Allah (Al-Qur’an), dan sesungguhnya seafdhal-afdhal petunjuk adalah petunjuk Muhammad (Rasulullah) SAW. [HR. Ahmad]
Oleh karena itu mari kita cermati, mengapa potensi yang besar tersebut tidak dapat mewujudkan negeri ini aman, tenteram, terhindar dari semua bentuk kejahatan dan kema’shiyatan yang merisaukan ? Kenyataan yang ada di negeri yang kita cintai ini sangat memprihatinkan. Berbagai bentuk kejahatan dan kema’shiyatan sulit dibendung.
Seperti kejahatan di bidang ekonomi, politik, bahkan kejahatan di bidang hukum, itu semua masih belum bisa diatasi secara baik. Sedangkan kema’shiyatan seperti prostitusi, perkosaan, perjudian, mabuk-mabukan sudah menjadi penyakit masyarakat (pekat) yang belum bisa diatasi secara tuntas.
Apakah bangsa kita yang mayoritas muslim ini belum menegakkan shalat dalam arti yang sebenar-benarnya ?
Dengan terjadinya berbagai mushibah yang menimpa negeri ini bertubi-tubi, seolah-olah tanpa berhenti, sejak mushibah besar di Aceh pada tanggal 26 Desember 2003 yang menelan korban ratusan ribu jiwa dan harta yang sulit dihitung jumlahnya. Sekarang yang masih tengah-tengahnya berjalan semburan lumpur panas di Sidoarjo, Jawa Timur yang sudah menenggelamkan puluhan desa dan ratusan hektar ladang pertanian serta pabrik-pabrik, belum dapat diatasi, walaupun berbagai cara sudah ditempuh. Ribuan penduduk terpaksa kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian, menjadikan bangsa ini semakin terpuruk dan hilang harapan masa depan bagi rakyat kecil.
Mereka ditimpa kemiskinan yang menyedihkan, hingga untuk memenuhi kebutuhan makan harian saja sangat sulit, bagaimana bisa memikirkan pendidikan anak-anak mereka ?
Allah memberikan kepada bangsa ini negeri yang subur, setiap jengkal bagian dari negeri ini Allah mendatangkan rizqi untuk mereka, sehingga diibaratkan tongkat kayu pun jadi tanaman, kolamnya bukan kolam air, tetapi kolam susu, bagaikan zamrud di khathulistiwa, tampak cemerlang indah, penuh daya tarik, karena kesuburan dan kemakmuran negeri ini.
Melihat karunia Allah yang begitu besar, mestinya tidak mungkin terjadi pada bangsa ini mengalami gizi buruk, busung lapar, karena sulit mendapatkan makan, dan banyak pengangguran, karena sulitnya mendapatkan lapangan kerja. Dampak dari semua itu, mengakibatkan timbulnya rawan kejahatan dimana-mana.

اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ

Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, melihat kenyataan itu semua tentu bukan kejadian secara kebetulan dan jangan kita pandang sesuatu mushibah atau bencana yang biasa-biasa saja, akan tetapi harus kita lihat dengan mata hati yang paling dalam, dan kita renungkan peringatan-peringatan yang telah ditunjukkan oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW. Allah SWT berfirman :
وَ ضَرَبَ اللهُ مَثَلاً قَرْيَةً كَانَتْ امِنَةً مُّطْمَئِنَّةً يَّأْتِيْهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مّنْ كُلّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِاَنْعُمِ اللهِ فَاَذَاقَهَا اللهُ لِبَاسَ اْلجُوْعِ وَ اْلخَوْفِ بِمَا كَانُوْا يَصْنَعُوْنَ. النحل: 112
Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rizqinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduknya) mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. [QS. An-Nahl : 112]
ذلِكَ بِاَنَّ اللهَ لَمْ يَكُ مُغَيّرًا نّعْمَةً اَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتّى يُغَيّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْ، وَ اَنَّ اللهَ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ. الانفال: 53
Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan mengubah suatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum sehingga kaum itu mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri. Dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [QS. Al-Anfaal : 53]
Allah SWT telah memberikan keni’matan yang sangat besar kepada suatu bangsa, sehingga dari setiap tempat di negerinya didatangkan rizqi yang berlimpah ruah, maka seharusnya rakyat negeri itu hidup makmur, tidak kurang suatu apapun. Tetapi mengapa rakyatnya ditimpa mushibah hingga kelaparan selalu melekat pada dirinya, bagaikan pakaian yang selalu melekat pada badannya ? Padahal Allah tidak pernah merubah keni’matan yang telah diberikan kepada suatu kaum, tetapi mengapa seolah keni’matan yang begitu besar tersebut hilang tak dapat dirasakan oleh sebagian penduduk negeri itu ?
Pasti ada sesuatu yang tidak beres pada mereka.

مَآ اَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللهِ وَ مَآ اَصَابَكَ مِنْ سَيّئَةٍ فَمِنْ

نَّفْسِكَ. النساء: 79
Apasaja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah dan apa saja mushibah/bencana yang menimpamu, maka itu dari kesalahan dirimu sendiri. [QS. An-Nisaa’ : 79]
Karena bangsa itu kufur ni’mat, tidak mau mensyukuri ni’mat yang telah diberikan kepada mereka.
Orang-orang yang diserahi amanat memimpin negeri itu tidak ada rasa qana’ah atas ni’mat yang diterimanya, tetapi timbul keserakahan dimana-mana, ingin kaya sendiri, ingin senang sendiri, hutan-hutan ditebangi secara liar, aset-aset negara dijual, pasir laut, tambang minyak sampai pulau pun dijual juga.
Mereka tutup mata, tutup telinga, tak mau melihat dan tidak mau mendengar jeritan orang yang kelaparan, rintihan orang yang tertimpa mushibah akibat dari keserakahan mereka, yang penting dirinya bisa kaya raya, bergelimang harta, bisa berpesta-pora dengan keluarga tanpa memperhatikan halal dan haram, na’udzu billaahi min dzaalik. Berapa lama mereka akan hidup di dunia ini ? Bagaimana nasib mereka di akhirat kelak?.
Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia, negeri yang kita cintai ini sudah beberapa kali berganti pemimpin dan beberapa kali juga berganti kabinet, akan tetapi belum juga bisa merubah keadaan yang menyedihkan ini.
Tentang korupsi saja belum bisa diberantas secara tuntas, walaupun sudah beberapa kali ganti kepemimpinan, dan masing-masing pemimpin berjanji akan memberantas korupsi dengan tuntas, tetapi kenyataannya ?
Memang kita memahami betapa sulitnya pekerjaan itu, karena korupsi sudah membudaya dari atas sampai ke bawah, bagaikan jamaah yang kuat. Maka perlu adanya REFORMASI MENTAL. Bagaimana tidak ? Karena untuk menjadi Lurah desa saja harus mengeluarkan uang ratusan juta rupiah, untuk Bupati/Wali Kota harus mengeluarkan uang milyaran rupiah, untuk jadi Presiden tentu tidak bisa dibayangkan lagi.
Padahal jabatan itu hanya lima tahun, berapa gaji mereka ? Maka dengan gaji yang diperoleh sampai habis jabatannya belum bisa kembali modal yang dikeluarkan bila mereka jujur/tidak korupsi.
Rakyat kita juga kebanyakan masih bodoh dalam memilih pemimpin, yang dipilih bukan orang yang punya kemampuan dan keahlian dalam bidangnya, tetapi yang dipilih siapa yang memberi uang pada dirinya.
Jadi hanya untuk kepentingan memenuhi kebutuhan sesaat, rela menderita dalam waktu yang panjang, karena dipimpin orang yang bukan ahlinya.
Rasulullah SAW bersabda :
فَاِذَا ضُيّعَتِ اْلاَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ. فَقَالَ: كَيْفَ اِضَاعَتُهَا؟ قَالَ: اِذَا وُسّدَ اْلاَمْرُ اِلىَ غَيْرِ اَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ. البخارى 1: 21
Apabila hilang amanat, maka tunggulah datangnya qiyamat (kehancurannya). Ada seorang shahabat yang bertanya, “Bagaimanakah hilangnya amanat ?”. Rasulullah SAW menjawab, “Apabila sesuatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah qiyamatnya (kehancurannya)”. [HR. Bukhari 1 : 21]
اِذاَ اَرَادَ اللهُ بِقَوْمٍ خَيْرًا وَلَّى اَمْرَهُمُ اْلحُكَمَاءَ وَ جَعَلَ اْلمَالَ عِنْدَ السُّمَحَاءِ. وَ اِذَا اَرَادَ اللهُ بِقَوْمٍ شَرًّا وَلىَّ اَمْرَهُمُ السُّفَهَآءَ وَ جَعَلَ اْلمَالَ عِنْدَ اْلبُخَلاَءِ. ابو داود
Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi suatu bangsa/kaum, maka Allah mengangkat orang-orang yang bijak (berkemampuan) sebagai pejabat yang mengatur urusan mereka, dan Allah memberikan harta kepada orang-orang yang pemurah (tidak bakhil). Dan apabila Allah menghendaki kejelekan suatu bangsa/kaum, maka Allah mengangkat orang-orang yang bodoh (tidak punya kemampuan) sebagai pejabat yang mengatur urusan mereka, dan Allah menyerahkan harta kekayaan kepada orang-orang yang bakhil. [HR. Abu Dawud]
Untuk mewujudkan pemerintahan yang baik, tidak cukup hanya baiknya seorang kepala negara, akan tetapi semua menteri-menteri dan pembantu-pembantunya harus baik pula. Perhatikan sabda Rasulullah SAW :
اِذَا اَرَادَ اللهُ بِاْلاَمِيْرِ خَيْرًا جَعَلَ لَهُ وَزِيْرَ صِدْقٍ، اِنْ نَسِيَ ذَكَّرَهُ وَ اِنْ ذَكَرَ اَعَانَهُ. وَ اِذَا اَرَادَ بِهِ غَيْرَ ذلِكَ جَعَلَ لَهُ وَزِيْرَ سُوْءٍ، اِنْ نَسِيَ لَمْ يُذَكّرْهُ وَ اِنْ ذَكَرَ لَمْ يُعِنْهُ. ابو داود
Jika Allah menghendaki kebaikan pemimpin (pemegang pemerintahan), maka didampingi menteri-menteri yang jujur, jika pemimpin lupa (salah) diingatkan dan jika lurus (ingat) dibantu. Dan jika Allah menghendaki sebaliknya, maka didampingi menteri-menteri yang jelek/curang, hingga jika pemimpin lupa (salah) tidak diingatkan/ditegur, dan jika benar (ingat) tidak dibantu. [HR. Abu Dawud]
Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, kalau kita perhatikan hadits-hadits Rasulullah SAW, bahwa jabatan itu adalah amanat, yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak, bukan kesempatan untuk memperkaya diri.
Kalau sudah demikian keadaannya, siapa yang salah ? Kita tidak perlu mencari siapa yang salah, tetapi harus menyadari bahwa hal itu kesalahan kita semua.
Para pemimpin ambisi untuk menjadi pemimpin, hingga mau membeli jabatan/kedudukan tersebut dengan harga berapapun. Rakyatnya juga tidak hati-hati dalam memilih pemimpin, siapapun asal mereka mau memberi uang pada dirinya, akhirnya dipimpin oleh orang-orang yang bukan ahlinya dan tidak amanat.
Dengan puasa Ramadlan yang baru saja kita jalankan, semoga puasa kita bisa mencapai tujuan, yakni menjadi orang-orang yang bertaqwa kepada Allah SWT dan bisa mereformasi mental-mental kita, tidak dikuasai oleh hawa nafsu yang menyengsarakan, tetapi tumbuh keyaqinan yang mendalam, bahwa hanya dengan mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya sajalah bangsa kita akan jaya, bahagia hidup di dunia ini sampai di akhirat kelak. Bila kita mengabaikan, pasti akan menemui kesempitan, kesusahan hidup di dunia dan sengsara di akhirat nanti. [QS. Thaahaa : 124]
Rasulullah SAW pernah bersabda kepada Abu Dzarr, bahwa sesungguhnya jabatan itu adalah amanat, dan pada hari qiyamat akan menjadi kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi orang yang dapat memenuhi hak dan kewajibannya dan menunaikan tanggungjawabnya. [HR. Muslim juz 3, hal. 1457]
Dalam hal ini Rasulullah SAW bersumpah :
اِنَّا وَ اللهِ لاَ نُوَلّى عَلَى هذَا اْلعَمَلِ اَحَدًا سَاَلَهُ وَ لاَ اَحَدًا حَرَصَ عَلَيْهِ. مسلم 3: 1456
Demi Allah, sungguh kami tidak akan menyerahkan suatu jabatan kepada orang yang memintanya dan tidak pula kepada orang yang berambisi pada jabatan itu. [HR. Muslim juz 3, hal. 1456]
Selanjutnya kia lebih berhati-hati agar bangsa kita yang besar dan tanah kita yang subur ini tidak jatuh di tangan orang-orang yang tidak bisa memegang amanat, tidak peduli halal-haram, akhirnya akan membawa penderitaan rakyat yang lebih dahsyat lagi, dan membawa kepada kehancuran. Perhatikan sabda Rasulullah SAW :
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ رض اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ لِكَعْبِ بْنِ عُجْرَةَ: اَعَاذَكَ اللهُ مِنْ اِمَارَةِ السُّفَهَاءِ. قَالَ: وَ مَا اِمَارَةُ السُّفَهَاءِ؟ قَالَ: اُمَرَاءُ يَكُوْنُوْنَ بَعْدِى لاَ يَقْتَدُوْنَ بِهَدْيِى، وَ لاَ يَسْتَنُّوْنَ بِسُنَّتِى. فَمَنْ صَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَ اَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَاُولئِكَ لَيْسُوْا مِنّى وَ لَسْتُ مِنْهُمْ، وَ لاَ يَرِدُوْنَ عَلَى حَوْضِى، وَ مَنْ لَمْ يُصَدّقْهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَ لَمْ يُعِنْهُ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَاُولئِكَ مِنّى وَ اَنَا مِنْهُمْ وَ سَيَرِدُوْنَ عَلَى حَوْضِى. يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ، الصَّوْمُ جُنَّةٌ وَ الصَّدَقَةُ تُطْفِئُ اْلخَطِيْئَةَ وَ الصَّلاَةُ قُرْبَانٌ (اَوْ بُرْهَانٌ). يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ، اِنَّهُ لاَ يَدْخُلُ اْلجَنَّةَ لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ، اَلنَّارُ اَوْلَى بِهِ. يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ، النَّاسُ غَادِيَانِ فَمُبْتَاعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا وَ بَائِعٌ نَفْسَهُ فَمُوْبِقُهَا. احمد و الترمذى
Dari Jabir bin ‘Abdullah RA, ia berkata, bahwa Nabi SAW telah bersabda kepada Ka’ab bin ‘Ujrah, “Semoga Allah melindungimu dari pemimpin-pemimpin yang tolol”. Lalu Ka’ab bertanya, “Ya Rasulullah, siapakah pemimpin yang tolol itu ?”. Rasulullah SAW menjawab, “Yakni para pemimpin sesudahku yang tidak mau memakai petunjuk dengan petunjukku, dan tidak mau berpegang pada sunnahku. Barangsiapa membenarkan perilaku mereka dengan segala kebohongannya serta membantu kedhaliman mereka, maka tidak termasuk golonganku dan akupun tidak termasuk golongan mereka, dan mereka tidak berhak minum air telagaku. Dan barangsiapa tidak membenarkan perilaku mereka dengan segala kebohongannya serta tidak membantu kedhaliman mereka, maka termasuk golonganku dan akupun termasuk golongan mereka, dan mereka berhaq minum air telagaku. Hai Ka’ab bin ‘Ujrah, puasa adalah perisai api neraka, sedekah adalah penghapus dosa, dan shalat adalah tanda bukti pendekatan diri. Hai Ka’ab bin ‘Ujrah, sesungguhnya tidak akan masuk surga daging yang tumbuh dari barang yang haram, api neraka lebih pantas baginya. Hai Ka’ab bin ‘Ujrah, manusia terdiri dari dua macam. Ada yang menjual dirinya ke jalan Allah, hingga ia selamat dari siksa neraka. Dan ada yang menjual dirinya kepada hawa nafsu, hingga nerakalah sebagai tempat tinggal mereka. [HR. Ahmad dan Tirmidzi]

اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ

Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, dengan selesainya ibadah Ramadlan ini semoga kita bisa introspeksi, merenungi kesalahan-kesalahan atau dosa-dosa kita, kemudian segera bertaubat, memperbaiki mental kita, kethaatan kita kepada aturan Allah dan Rasul-Nya.
Jangan terlalu rakus terhadap harta dan kedudukan yang akan merusak dalam kehidupan kita beragama, tanpa peduli halal dan haram.
Sebagai rakyat juga jangan berlaku bodoh, jangan menyerahkan amanat kepada orang-orang yang bukan ahlinya dan suka berkhianat, hanya karena diberi sesuatu yang tidak seberapa, menjual harga diri kita.
Hilangkan budaya suap-menyuap yang menyengsarakan, yang sangat dilarang dalam Islam, sehingga yang menyuap dan yang disuap keduanya dimasukkan ke dalam neraka.
Dengan segera bertaubat dan memperbaiki diri, menthaati syariat Allah dengan sungguh-sungguh, insya Allah pertolongan Allah segera akan datang, dan bangsa kita segera keluar dari penderitaan akibat dari krisis multi dimensi ini.
وَ مَنْ يَّتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَّه مَخْرَجًا. وَ يَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ. الطلاق: 2-3
Barangsiapa benar-benar thaat kepada Allah, Allah akan menjadikan jalan keluar dari semua kesulitan dan akan memberi rizqi yang tidak disangka-sangka. [QS. Ath-Thalaaq : 2-3]
Sekian, semoga Allah meridlai aktivitas kita, aamiin.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَ اِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَ تَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَ فِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً، وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَ اْلحَمْدُ ِللهِ رَبّ اْلعَالَمِيْنَ. وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ.
~oO[ A ]Oo~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tentang kehidupan Dunia

  TENTANG DUNIA فعَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوْضَةٍ ...