Letak Berdirinya Imam dan Ma'mum Serta Susunan Shaff
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رض قَالَ: نِمْتُ عِنْدَ مَيْمُوْنَةَ وَ
النَّبِيُّ ص عِنْدَهَا تِلْكَ اللَّيْلَةَ، فَتَوَضَّأَ ثُمَّ قَامَ يُصَلّى،
فَقُمْتُ عَنْ يَسَارِهِ، فَأَخَذَنِى فَجَعَلَنِى عَنْ يَمِيْنِهِ. البخارى 1: 171
Dari
Ibnu ‘Abbas
RA, ia berkata, “Aku
pernah tidur di rumah (bibiku) Maimunah, sedang pada malam itu Nabi SAW berada
di sisinya. Kemudian Nabi SAW berwudlu, lalu shalat malam. Kemudian aku ikut
shalat dan berdiri di sebelah kiri beliau, lalu beliau memegangku dan
menempatkan aku di sebelah kanan beliau”.
[HR. Bukhari juz 1, hal. 171]
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: اَتَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص مِنْ آخِرِ
اللَّيْلِ، فَصَلَّيْتُ خَلْفَهُ، فَأَخَذَ بِيَدِيْ فَجَرَّنِى فَجَعَلَنِى
حِذَاءَهُ. احمد 1: 708 رقم 3061
Dari
Ibnu Abbas, ia berkata, "Aku (pernah) datang kepada Nabi SAW pada akhir malam,
lalu aku shalat di belakang beliau, maka beliau memegang tanganku, lalu
menarikku sehingga menempatkan aku sejajar dengan beliau".
[HR. Ahmad juz 1, hal. 708, no. 3061]
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ: قَامَ النَّبِيُّ ص يُصَلّى
اْلمَغْرِبَ، فَجِئْتُ فَقُمْتُ عَنْ يَسَارِهِ، فَنَهَانِى، فَجَعَلَنِى عَنْ
يَمِيْنِهِ. ثُمَّ جَاءَ صَاحِبٌ لِى، فَصَفَّنَا خَلْفَهُ، فَصَلَّى بِنَا فِى
ثَوْبٍ وَاحِدٍ. مُخَالِفًا بَيْنَ طَرَفَيْهِ. احمد، فى نيل الاوطار 3: 202
Dari
Jabir bin Abdullah, ia berkata, "Nabi SAW (pernah) berdiri shalat Maghrib,
kemudian aku datang, lalu aku berdiri di sebelah kirinya, maka Nabi SAW
mencegahku dan menjadikan aku di sebelah kanannya. Kemudian seorang temanku
datang, lalu Nabi SAW mengatur shaff kami di belakangnya, dan beliau shalat
bersama kami dengan memakai satu pakaian yang diselempangkan dua
ujungnya"..
[HR. Ahmad, dalam Nailul Authar juz 3, hal. 202]
وَ فِى رِوَايَةٍ، قَامَ رَسُوْلُ اللهِ ص لِيُصَلّيَ، فَجِئْتُ
فَقُمْتُ عَنْ يَسَارِهِ. فَأَخَذَ بِيَدِى فَأَدَارَنِى حَتَّى أَقَامَنِى عَنْ
يَمِيْنِهِ، ثُمَّ جَاءَ جَبَّارُ بْنُ صَخْرٍ، فَقَامَ عَنْ يَسَارِ رَسُوْلِ
اللهِ ص، فَأَخَذَ بِأَيْدِيْنَا جَمِيْعًا، فَدَفَعَنَا حَتَّى أَقَامَنَا
خَلْفَهُ. مسلم و ابو داود، فى نيل الاطار 3: 202
Dan
dalam satu riwayat, dikatakan, "Rasulullah SAW berdiri untuk shalat, kemudian
aku datang dan berdiri di sebelah kirinya, lalu beliau memegang tanganku, lalu
memutarkanku sehingga beliau menempatkan aku di sebelah kanannya. Kemudian
Jabbar bin Shakhr datang, dan berdiri di sebelah kiri Rasulullah SAW, lalu
beliau memegang tangan kami semua, dan mendorong kami sehingga beliau
menempatkan kami di belakangnya".
[HR. Muslim dan Abu Dawud, dalam Nailul Authar juz 3, hal.
202]
عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدَبٍ قَالَ: اَمَرَنَا رَسُوْلُ اللهِ ص اِذَا
كُنَّا ثَلاَثَةً
اَنْ يَتَقَدَّمَ
اَحَدُنَا. الترمذى، فى نيل الاوطار 3: 202
Dari
Samurah bin Jundab, ia berkata, "Rasulullah SAW menyuruh kami, apabila kami tiga
orang, hendaklah salah seorang di antara kami, maju (menjadi
Imam)".
[HR. Tirmidzi, dalam Nailul Authar juz 3, hal. 202]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: وَسّطُوا
اْلاِمَامَ وَ سُدُّوا اْلخَلَلَ. ابو داود 1: 182، رقم 681
Dari
Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Letakkan imam itu di
tengah, dan tutuplah celah-celah (shaff)".
[HR. Abu Dawud juz 1, hal. 182, no. 681]
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: صَلَّيْتُ اِلَى جَنْبِ النَّبِيّ ص، وَ
عَائِشَةُ مَعَنَا تُصَلّى خَلْفَنَا، وَ اَنَا اِلَى جَنْبِ النَّبِيّ ص اُصَلّىْ
مَعَهُ. احمد و النسائى، فى نيل الاوطار 3: 203
Dari
Ibnu 'Abbas, ia berkata, "Aku pernah shalat di sebelah Nabi SAW, sedang 'Aisyah
shalat bersama kami di belakang kami, dan aku disebelah Nabi SAW shalat bersama
beliau".
[HR. Ahmad dan Nasai, dalam Nailul Authar juz 3, hal. 203]
عَنْ اَنَسٍ اَنَّ النَّبِيَّ ص صَلَّى بِهِ وَ بِاُمّهِ اَوْ
خَالَتِهِ، قَالَ: فَأَقَامَنِى عَنْ يَمِيْنِهِ، وَ أَقَامَ اْلمَرْأَةَ
خَلْفَنَا. احمد و مسلم و ابو داود، فى نيل الاوطار 3: 203
Dari
Anas, bahwa Nabi SAW pernah shalat bersamanya, dan bersama ibunya atau bibinya.
Anas berkata, "Maka Nabi SAW menempatkan aku di sebelah kanannya, dan
menempatkan wanita itu dibelakang kami".
[HR. Ahmad, Muslim dan Abu Dawud, dalam Nailul Authar juz 3, hal.
203]
Keterangan
:
1.
Dari hadits-hadits tersebut menunjukkan bahwa letak makmum, jika ia seorang diri
adalah di sebelah kanan imam.
Adapun yang dimaksud "disebelah kanan
imam" ini sejajar atau mundur sedikit dari imamnya, di sini ada dua pendapat
:
a. Berpendapat sebagaimana dhahir hadits
tersebut, yaitu sejajar dengan imam. Karena arti حِذَاءَهُ itu, "sejajar dengan
beliau", عَنْ يَمِيْنِهِ itu adalah "disebelah
kanannya", dan اِلَى جَنْبِ النَّبِيّ itu
adalah "disebelah/disamping Nabi"
b. Berpendapat makmum mundur sedikit dari imam
(tidak sejajar). Karena Imam itu sebagai ikutan, maka sudah semestinya imam itu
ada di depan. Dan walaupun disitu disebutkan makmum itu di sebelah kanannya atau
di sampingnya, tetapi yang dimaksud adalah di sebelah kanan atau di samping imam
agak ke belakang.
2. Dan dari hadits-hadits tersebut menunjukkan
bahwa apabila makmumnya seorang laki-laki dan seorang wanita berjama'ah bersama
imam, maka letak laki-laki adalah disebelah kanan imam, dan letak wanita adalah
di belakang mereka. Wanita tidak boleh satu shaff bersama
laki-laki.
Tetapi apabila jamaah itu terdiri tiga
orang laki-laki atau lebih, maka imamnya berada di depan.
Letak
Berdirinya Makmum Anak-anak dan Wanita
عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: لِيَلِنِى مِنْكُمْ
اُولُوا اْلاَحْلاَمِ وَ النُّهَى، ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ
يَلَوْنَهُمْ، وَ اِيَّاكُمْ وَ هَيْشَاتِ اْلاَسْوَاقِ. احمد و مسلم و ابو داود، و الترمذى، فى نيل الاوطار 3:
205
Dari
Ibnu Mas'ud, dari Nabi SAW beliau bersabda, "Hendaklah orang-orang yang sudah
baligh dan pandai di antara kamu, di dekatku; kemudian orang-orang yang
mengiringi mereka; kemudian orang-orang yang mengiringi mereka; dan hindarilah
hiruk-pikuk (seperti) pasar".
[HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi, dalam Nailul Authar juz 3, hal.
205]
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ غُنْمٍ عَنْ اَبِى مَالِكِ اْلاَشْعَرِيّ
عَنْ رَسُوْلِ اللهِ ص اَنَّهُ كَانَ يُسَوّيْ بَيْنَ اْلاَرْبَعِ رَكَعَاتٍ فِى
اْلقِرَاءَةِ وَ اْلقِيَامِ. وَ يَجْعَلُ الرَّكْعَةَ اْلاُوْلَى هِيَ
اَطْوَلُهُنَّ لِكَىْ يَثُوْبَ النَّاسُ. وَ يَجْعَلُ الرّجَالَ قُدَّامَ
اْلغِلْمَانِ، وَ اْلغِلْمَانَ خَلْفَهُمْ، وَ النّسَاءَ خَلْفَ
اْلغِلْمَانِ. احمد، فى نيل الاوطار 3: 207
Dari
Abdurrahman bin Ghunmin dari Abu Malik Al-Asy'ariy, dari Rasulullah SAW,
sesungguhnya beliau (pernah) mempersamakan antara empat rakaat dalam bacaan dan
berdiri; dan menjadikan rakaat pertama adalah yang lebih panjang, agar
orang-orang bisa menyusul (mengikuti jama'ah). Dan beliau menempatkan
orang-orang dewasa di depan anak-anak, dan anak-anak di belakang mereka; dan
para wanita di belakang anak-anak.
[HR. Ahmad, dalam Nailul Authar juz 3, hal. 207]
عَنْ اَنَسٍ اَنَّ جَدَّتَهُ مُلَيْكَةَ دَعَتْ رَسُوْلَ اللهِ ص
لِطَعَامٍ صَنَعَتْهُ، فَاَكَلَ، ثُمَّ قَالَ: قُوْمُوْا فَلاُصَلّ لَكُمْ،
فَقُمْتُ اِلىَ حَصِيْرٍ لَنَا قَدْ سُوّدَ مِنْ طُوْلِ مَا لَبِسَ، فَنَضَحْتُهُ
بِمَاءٍ، فَقَامَ عَلَـيْهِ رَسُوْلُ اللهِ ص، فَقُمْتُ اَنَا وَ اْليَتِيْمُ
وَرَاءَهُ، وَ قَامَتِ اْلعَجُوْزُ مِنْ وَرَائِنَا فَصَلَّى لَنَا رَكْعَتَيْنِ،
ثُمَّ انْصَرَفَ. الجماعة الا ابن ماجه، فى نيل الاوطار 3: 207
Dari Anas, bahwa neneknya, yaitu
Mulaikah, mengundang Rasulullah SAW untuk (makan) makanan yang dibuatnya, lalu
beliau SAW makan. Kemudian setelah (selesai) makan beliau bersabda, "Berdirilah
kalian, karena aku (akan) shalat bersama kalian". Lalu aku berdiri (menuju) ke sebuah tikar milik kami, yang sudah
menjadi hitam karena lamanya terpakai, lalu aku perciki dengan air. Kemudian
Rasulullah SAW berdiri di atas tikar itu, dan akupun berdiri bersama anak yatim
di belakangnya; dan wanita tua tersebut berdiri dibelakang kami, kemudian
Rasulullah shalat bersama kami dua raka'at, lalu salam". [HR. Jama'ah, kecuali Ibnu Majah, dalam Nailul
Authar juz 3, hal. 207]
عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: صَلَّيْتُ اَنَا وَ يَتِيْمٌ فِى
بَيْتِنَا خَلْفَ النَّبِيّ ص وَ اُمّى اُمُّ سُلَيْمٍ خَلْفَنَا. البخارى 1: 177
Dari Anas bin Malik, ia berkata,
"Aku bersama anak yatim di rumah kami pernah shalat di belakang Nabi SAW, dan
ibuku, yaitu Ummu Sulaim, di belakang kami". [HR. Bukhari juz 1, hal. 177]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: خَيْرُ صُفُوْفِ
الرّجَالِ اَوَّلُهَا وَ شَرُّهَا آخِرُهَا، وَ خَيْرُ صُفُوْفِ النّسَاءِ آخِرُهَا
وَ شَرُّهَا اَوَّلُهَا. الجماعة الا البخارى، فى نيل الاوطار 3: 208
Dari
Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Sebaik-baik shaff bagi
laki-laki adalah di depan, dan seburuk-buruknya adalah di belakang; dan
sebaik-baik shaff bagi wanita adalah di belakang, dan seburuk-buruknya adalah di
depan".
[HR. Jama'ah, kecuali Bukhari, dalam Nailul Authar juz 3, hal.
208]
Keterangan
:
1. Dari hadits-hadits di atas bisa difahami bahwa
susunan shaff di dalam shalat jamaah itu sebagai berikut : Imam berada di depan
makmum (tengah-tengah; tidak terlalu ke kanan dan tidak terlalu ke kiri).
Setelah itu orang-orang yang pandai atau orang dewasa berada dekat imam,
kemudian baru anak-anak laki-laki. Kemudian setelah itu baru shaff wanita.
2.
Dan dalam shalat berjama'ah yang diikuti oleh laki-laki dan wanita itu
sebaik-baik shaff bagi laki-laki adalah yang pertama, dan seburuk-buruk shaff
bagi mereka adalah yang paling belakang.
Sedang sebaik-baik shaff bagi wanita adalah
shaff yang belakang dan seburuk-buruknya adalah yang terdepan. Tetapi bila
jamaah shalat itu terdiri dari para
wanita seluruhnya maka berlaku sebagaimana laki-laki yaitu sebaik-baik shaff
adalah yang paling depan dan seburuk-buruk shaff adalah yang paling
belakang.
Wanita
boleh Mengimami Shalat
عَنْ اُمّ وَرَقَةَ وَ كَانَتْ تَؤُمُّ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص اَذِنَ
لَهَا اَنْ تَؤُمَّ اَهْلَ دَارِهَا. الدارقطنى 1: 403
Dari
Ummu Waraqah (dahulu ia mengimami shalat), bahwasanya Rasulullah SAW pernah
memberi idzin kepadanya untuk mengimami shalat keluarganya.
[HR. Daruquthni juz 1, hal. 403]
عَنْ عَائِشَةَ رض اَنَّهَا كَانَتْ تَؤُمُّ النّسَاءَ فَتَقُوْمُ
مَعَهُنَّ فِى الصَّفّ. ابن ابى شيبة و الحاكم، فى عون المعبود 2: 212
Dari
'Aisyah RA bahwasanya ia pernah mengimami para wanita dan ia berdiri di dalam
shaff.
[HR. Ibnu Abi Syaibah dan Al-Hakim, dalam ‘Aunul
Ma’bud
juz 2, hal. 212]
عَنْ اُمّ سَلَمَةَ اَنَّهَا اَمَّتْهُنَّ، فَقَامَتْ
وَسَطًا. الشافعى و ابن ابى شيبة، فى عون المعبود 2: 212
Dari
Ummu Salamah bahwasanya ia pernah mengimami mereka (para wanita), maka ia
berdiri di tengah-tengahnya.
[HR. Asy-Syafi'i dan Ibnu Abi Syaibah, dalam ‘Aunul
Ma’bud
juz 2, hal. 212]
عَنْ عَائِشَةَ رض اَنَّهَا اَمَّتْ نِسَاءً فَقَامَتْ
وَسَطَهُنَّ. عبد الرزاق، فى عون المعبود 2: 212
Dari
'Aisyah RA bahwasanya ia pernah mengimami para wanita, maka ia berdiri di
tengah-tengah.
[HR. 'Abdur Rozaq, dalam ‘Aunul
Ma’bud
juz 2, hal. 212]
Keterangan
:
Dari
riwayat-riwayat tersebut bisa kita ambil pengertian bahwa wanita boleh mengimami
shalat bagi jama'ah wanita. Adapun tentang letaknya/berdirinya imam tersebut ada
3 pendapat :
1. Imam wanita berada di tengah-tengah shaff
pertama sebagaimana dhohir riwayat diatas.
2. Imam wanita berada di shaff pertama, tetapi
maju sedikit dari shaff tersebut.
3. Imam wanita berada di depan para jama'ah
shalat sebagaimana aturan shaff yang berlaku pada jama'ah laki-laki. Pendapat
ini beralasan karena tidak adanya perintah yang jelas dan tegas dari Nabi SAW
tentang letak berdirinya imam wanita, sedangkan riwayat-riwayat di atas kalaupun
betul, itupun hanya perbuatan shahabat yang tidak didukung dengan perintah dari
Nabi SAW. Oleh sebab itu mereka mengembalikan tentang berdirinya imam bagi
wanita itu pada keumumam aturan shalat berjama'ah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar