بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
اَلْحَمْدُ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ وَ
نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَ مِنْ سَيّئَاتِ اَعْمَالِنَا. مَنْ
يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَ مَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ
اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَ اَشْهَدُ اَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ. اَمَّا بَعْدُ:
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ
اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ
الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ. اَ لَمْ يَأْنِ لِلَّذِيْنَ امَنُوْآ اَنْ تَخْشَعَ
قُلُوْبُهُمْ لِذِكْرِ اللهِ وَ مَا نَزَلَ مِنَ الْحَقّ وَ لاَ يَكُوْنُوْا
كَالَّذِيْنَ اُوْتُوا اْلكِتبَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ اْلاَمَدُ فَقَسَتْ
قُلُوْبُهُمْ وَ كَثِيْرٌ مّنْهُمْ فسِقُوْنَ. الحديد:16
Belumkah
datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka
mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun kepada mereka (Al-Qur’an),
supaya mereka jangan seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan
Al-Kitab kepada mereka, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu
hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan diantara mereka
adalah orang-orang fasiq.
[QS. Al-Hadiid : 16]
Kaum
muslimin dan muslimat rahimakumullah, marilah kita perhatikan firman Allah
tersebut.
Secara pribadi maupun sebagai suatu bangsa yang merasa beriman bagaimana kita
menjawab pertanyaan Allah itu, “Belum saatnya kah hidup kita ini mau dipimpin
oleh Al-Qur’an ?. Atau sudah keraskah hati kita,
sehingga menjadi orang fasiq
?”.
Kita
sebagai bangsa yang mayoritas beragama Islam terpuruk jatuh dan berantakan ini,
kalau kita cermati sebab pokoknya adalah krisis akhlaq.
Adapun sebabnya krisis akhlaq adalah karena jauhnya dari
tuntunan Al-Qur’an dalam kehidupan. Sebagaimana dikatakan seorang
pujangga Islam yang terkenal Asy-Syauki
:
وَ اِنَّمَا اْلاُمَمُ اْلاَخْلاَقُ مَا بَقِيَتْ
فَاِنْ هُمُوْ ذَهَبَتْ
اَخْلاَقُهُمْ ذَهَبُوْا
Sesungguhnya bangsa itu tergantung
akhlaqnya,
bila rusak akhlaqnya maka rusaklah bangsa itu.
Rasulullah
SAW bersabda :
اِنَّ اْلفَحْشَ وَ التَّفَحُّشَ لَيْسَا مِنَ اْلاِسْلاَمِ فِى شَيْءٍ
وَ اِنَّ اَحْسَنَ النَّاسِ اِسْلاَمًا اَحْسَنُهُمْ خُلُقًا. الترمذى
Kejahatan
dan perbuatan jahat keduanya sama sekali bukan ajaran
Islam. Bahwasanya orang yang paling baik Islamnya ialah yang
paling baik akhlaqnya.
[HR. Tirmidzi]
Dampak
dari krisis akhlaq, timbul berbagai macam kejahatan dan kerusakan di berbagai
bidang sebagaimana yang kita rasakan sekarang ini.
Padahal kita berharap pada era reformasi ini mestinya ummat Islam khususnya dan
bangsa di negeri ini pada umumnya akan dapat merasakan kemerdekaan yang sudah 55
tahun ini dengan rasa aman, tenteram dan bahagia lahir maupun
bathin.
Mengapa
demikian ? Karena baru kali inilah sejak kemerdekaan
yang sudah 55 tahun ini, pucuk pimpinan negeri ini dipegang oleh orang-orang top
dan orang-orang pilihan dari organisasi Islam yang besar, dan partai terbesar di
Indonesia ini.
Presidennya
- Kyai Hajji - Ketua Umum Pengurus Besar NU. Bahkan sementara
orang ada yang menganggap seorang wali.
Ketua
MPR-nya seorang Prof
DR,
mantan Ketua PP Muhammadiyah.
Ketua
DPR-nya seorang Ir. - mantan ketua PB HMI.
Ketiga-tiganya
adalah orang-orang nomor 1 dari organisasi Islam yang cukup besar dan terkenal
di negeri ini.
Masih lagi didukung oleh seorang Wakil Presiden, juga orang
nomor 1 dari partai terbesar di negeri ini.
Namun
apa yang kita rasakan ?
Perekonomian
terpuruk, angka kemiskinan semakin membengkak, jumlah pengangguran semakin
menumpuk.
Dimana-mana terjadi kerusuhan, kerusakan dan pertikaian sesama
bangsa. Ummat Islam yang mayoritas di negeri ini tidak mendapat angin
segar, bahkan dihinakan dan diremehkan. Di berbagai daerah terjadi pembantaian terhadap ummat Islam, bahkan
para kyai, guru ngaji pun termasuk menjadi sasaran pembantaian dengan dalih
dhukun santet.
Rasa
persaudaraan sesama bangsa hancur berantakan, ukhuwah sesama muslim pun ikut tercabik-cabik. Sesama muslim saling mencaci, menghina, bahkan terlontar ucapan,
“Halal darahnya” hanya karena berbeda pandangan dan golongan, na’udzu billaahi
mindzaalik.
Para
elit yang dijadikan figur pimpinan, omongannya tidak dapat dipegang oleh
rakyatnya.
Satu sama lain saling mencela, meremehkan, tampak
kesombongan masing-masing. Terkesan tidak adanya kerjasama,
saling bantu-membantu dalam mengatasi bangsa dan negara yang sedang sakit parah
ini.
Sedang
orang-orang yang di bawah yang sering disebut di akar rumput, mereka hanya
taqlid buta terhadap orang yang ditokohkan, sampai siap mati demi sang
tokoh.
Keadaan
yang demikian menunjukkan bahwa kehidupan bangsa ini tidak memiliki akhlaqul karimah dan
makin jauh dari aturan Islam. Hal ini tentu menjadikan kita semua ummat Islam sedih dan sangat
tidak menyenangkan. Akan tetapi marilah kita ingat firman Allah :
وَ عَسى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْئًا وَّ هُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ، وَ عَسى
اَنْ تُحِبُّوْا شَيْئًا وَّ هُوَ شَرٌّ لَّكُمْ، وَ اللهُ يَعْلَمُ وَ اَنْتُمْ
لاَ تَعْلَمُوْنَ. البقرة:216
Dan
boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik
bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu.
Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.
[QS. Al-Baqarah : 216]
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ
اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Dengan
keadaan yang tidak menyenangkan itu, mudah-mudahan sangat baik bagi ummat Islam, untuk
diambil pelajaran, agar lebih meyaqinkan dan memantapkan bahwa hanya kepada
Allah sajalah kita bergantung dan berpengharapan serta berserah
diri.
Jangan
terlalu mengharapkan sesuatu dari makhluq, dari orang-orang besar sekalipun,
hingga mengabaikan dan meremehkan orang-orang kecil, padahal justru Allah akan menolong ummat ini lantaran orang-orang kecil.
Rasulullah SAW bersabda :
اِنَّمَا نَصَرَ اللهُ هذِهِ اْلاُمَّةَ بِضَعِيْفِهَا بِدَعْوَتِهِمْ
وَ صَلاَتِهِمْ وَ اِخْلاَصِهِمْ.
Hanyasanya
Allah akan menolong ummat ini lantaran orang-orang
lemahnya, dengan doa mereka, shalat mereka dan keikhlashan
mereka.
[HR. Nasai]
Sedangkan
para pembesar negeri dan orang-orang yang hidup mewah pada umumnya mengingkari
peringatan dan petunjuk dari Allah.
Mereka merasa dengan kekayaan dan anak-anak (para pendukung)
mereka dapat menolak siksa akibat keingkarannya. Dengan sombongnya mereka
mengatakan :
..... نَحْنُ اَكْثَرُ اَمْوَالاً وَّ اَوْلاَدًا
وَّ مَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِيْنَ. سبأ:35
Kami
lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak (anak buah) dan kami sekali-kali
tidak akan diadzab.
[QS. Saba’
:
35]
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ
اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum
muslimin dan muslimat rahimakumullah, masih belum saatnya kah kita mau dipimpin
dengan Al-Qur’an ? Bagi orang-orang yang beriman
tentunya akan menjawab, “Jangan ditunda-tunda lagi, sebelum kerusakan ini
semakin parah !”.
Oleh
karena itu, marilah kita teladani perilaku kehidupan Rasulullah SAW, agar hidup
ini mendapat ridla Allah, hingga memperoleh kemudahan dan dapat mengatasi segala
persoalan.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لّمَنْ
كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَ اْليَوْمَ اْلاخِرَ وَ ذَكَرَ اللهَ كَثِيْرًا. الاحزاب:21
Sungguh
telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, bagi orang
yang mengharapkan (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari qiyamat dan dia banyak
mengingat Allah.
[QS. Al-Ahzab : 21]
Imam
Malik berkata :
كُلُّ اَحَدٍ يُؤْخَذُ مِنْ كَلاَمِهِ وَ يُرَدُّ عَلَيْهِ اِلاَّ
صَاحِبَ هذَ اْلقَبْرِ. مالك
Setiap
orang boleh diambil perkataannya dan boleh pula ditolak, kecuali perkataan
penghuni qubur ini (sambil menunjuk ke arah makam Nabi SAW).
[HR. Malik]
Dengan
demikian seorang muslim dilarang bertaqlid buta
mengikuti apasaja yang dilakukan dan diucapkan seseorang, apakah dia kyai,
ustadz, menteri agama atau pembesar negara sekalipun, apalagi sampai siap mati
untuk membelanya tanpa alasan kebenaran.
Rasulullah
SAW dalam membina kekuatan ummat memulai dari bawah tidak memaksakan dari atas,
akhirnya akan tumbang bagaikan pohon yang buruk sesuai
dengan petunjuk Allah SWT dalam QS. Ibrahim ayat 24-26
اَ لَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللهُ مَثَلاً كَلِمَةً طَيّبَةً كَشَجَرَةٍ
طَيّبَةٍ اَصْلُهَا ثَابِتٌ وَ فَرْعُهَا فِى السَّمَاءِ. تُؤْتِيْ اُكُلَهَا كُلَّ
حِيْنٍ بِاِذْنِ رَبّهَا، وَ يَضْرِبُ اللهُ اْلاَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ
يَتَذَكَّرُوْنَ. وَ مَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيْثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيْثَةٍ اجْتُثَّتْ
مِنْ فَوْقِ اْلاَرْضِ مَا لَهَا مِنْ قَرَارٍ. ابراهيم:24-26
Tidakkah
kamu perhatikan bagaimana Allah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti
pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,
(24)
pohon
itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan idzin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya
mereka selalu ingat. (25)
Dan
perumpamaan kalimat-kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah
dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi, tidak dapat tetap (tegak)
sedikitpun.
(26) [QS. Ibrahim]
Hal
itu dapat kita ketahui ketika orang-orang kafir Makkah menawarkan kepada Nabi
SAW, apapun yang Nabi minta akan dipenuhi sekalipun
ingin menjadi raja (penguasa) di negeri itu asal Nabi mau berhenti
dakwah.
Tawaran
itu dijawab dengan tegas, andaikata mereka dapat menaruh matahari dan bulan di
kedua tangan beliau, beliau tetap tidak akan berhenti berdakwah menyampaikan
Islam kepada masyarakat, agar ummat manusia selamat hidupnya di dunia dan di
akhirat. Beliau berdakwah dengan menanamkan akar tauhid yang kuat bagaikan pohon
yang baik, tidak ada keinginan sama sekali bagi beliau
menjadi penguasa sedang ummatnya dalam kesesatan dan penderitaan. Lain halnya dengan kita, ingin sekali menjadi penguasa, bahkan
saling berebut pengaruh, sekalipun ummatnya dalam penderitaan dan
kesesatan. Dalam berdakwah Rasulullah melakukannya dengan ikhlash, tanpa
pamrih kecuali hanya menebarkan kasih sayang diantara manusia
:
... لاَ اَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ اَجْرًا، اِلاَّ
اْلمَوَدَّةَ فِى اْلقُرْبى. الشورى:23
Aku
tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas dakwahku, kecuali kasih sayang dalam
kekeluargaan.
[QS. Asy-Syuuraa : 23]
Disamping
keikhlashan, dakwah Rasulullah SAW kepada manusia dengan cara yang baik, lemah lembut, tidak dengan kekerasan serta
shabar, tidak takut menghadapi resiko, tanpa mengeluh atau putus asa, dan untuk
memperoleh hasil, perlu waktu.
اُدْعُ اِلى سَبِيْلِ رَبّكَ بِاْلحِكْمَةِ وَ اْلمَوْعِظَةِ
اْلحَسَنَةِ. النحل:125
Serulah
(manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang
baik.
[QS.An-Nahl : 125]
اِنَّ اللهَ رَفِيْقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِى اْلاَمْرِ كُلِّهِ وَ
يُعْطِى عَلَيْهِ مَا لاَ يُعْطِى عَلَى اْلعُنْفِ. البخارى
Sesungguhnya
Allah itu lemah-lembut Ia mencintai kelemah-lembutan
dalam segala hal. Dan Dia akan memberi apa yang tidak
Dia berikan kepada kekerasan.
[HR. Bukhari]
وَ اصْبِرْ لِحُكْمِ رَبّكَ فَاِنَّكَ بِأَعْيُنِنَا. الطور:48
Bershabarlah
dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, sesungguhnya kamu berada dalam pengawasan
Kami.
[QS. Ath-Thuur : 48]
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ
اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Rasulullah
membina ukhuwah Islamiyah di kalangan para shahabatnya dengan menanamkan rasa
kasih sayang dan saling tolong-menolong, sedangkan yang ada pada kita saling
menghasud, sehingga timbul kebencian dan permusuhan.
Perhatikan sabda Rasulullah SAW :
لاَ يُؤْمِنُ اَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ ِلاَخِيْهِ مَا يُحِبُّ
لِنَفْسِهِ. البخارى و مسلم
Tidak
beriman seseorang diantara kalian sehingga mencintai saudaranya seperti cintanya
kepada dirinya sendiri.
[HR. Bukhari dan Muslim]
اَلْمُسْلِمُ اَخُو اْلمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَ لاَ يَخْذُلُهُ وَ
لاَ يَحْقِرُهُ. اَلتَّقْوَى ههُنَا (وَ يُشِيْرُ اِلَى صَدْرِهِ) بِحَسْبِ امْرِئٍ
مِنَ الشَّرّ اَنْ يَحْقِرَ اَخَاهُ اْلمُسْلِمَ. كُلُّ اْلمُسْلِمِ عَلَى
اْلمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَ عِرْضُهُ وَ مَالُهُ. البخارى عن ابى هريرة
Seorang
muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Tidak boleh
ia menganiaya, tidak boleh membiarkannya (tidak
tolong-menolong) dan tidak boleh menghinanya. Taqwa itu di
sini (beliau sambil menunjuk ke dadanya). Seseorang cukup menjadi jahat
karena dia menghina saudaranya sesama muslim. Setiap
seorang muslim terhadap muslim lainnya adalah haram
darahnya, kehormatannya dan hartanya.
[HR. Bukhari dari Abu Hurairah]
Persaudaraan
semacam itu hanya dapat terlaksana apabila dilandasi dengan iman dan taqwa
kepada Allah.
Semua
bentuk perserikatan dan persaudaraan tanpa landasan iman dan taqwa tidak dapat
diharapkan kelangsungannya dan sangat rapuh seperti rapuhnya sarang
labah-labah.
Karena yang menjadi ikatannya tentu kepentingan dan manfaat
pribadi, kelompok atau golongan. Manakala kepentingan masing-masing
anggota merasa tidak tercapai apalagi merasa dirugikan, pasti akan hancur berantakan, akhirnya timbul rasa kebencian dan
permusuhan.
اَْلاَخِلاَّءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ اِلاَّ
اْلمُتَّقِيْنَ. الزخرف:67
Teman-teman
akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa.
[QS. Az-Zukhruf : 67]
Rasulullah
memerintahkan ummatnya agar mengikuti Al-Qur’an kemana saja Al-Qur’an
membawanya, karena yaqin betul bahwa hanya dengan Al-Qur’an manusia akan dituntun ke jalan keselamatan dan tidak akan
sesat/celaka selamanya.
دُوْرُوْا مَعَ كِتَابِ اللهِ حَيْثُمَا دَارَ. الحاكم
Beredarlah
kamu mengikuti Al-Qur’an ke manasaja Al-Qur’an beredar.
[HR. Hakim]
قَدْ تَرَكْتُ فِيْكُمْ اَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ
بِهِمَا، كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ نَبِيِّهِ. مالك و الحاكم
Benar-benar
aku telah tinggalkan untukmu dua perkara (pegangan) yang kamu tidak akan sesat selama kamu berpegang kepada keduanya. yaitu Al-Qur’an dan sunnah Nabi-Nya.
[HR. Malik dan Hakim]
Allah
SWT berfirman :
وَ اَنَّ هذَا صِرَاطِيْ مُسْتَقِيْمًا فَاتَّبِعُوْهُ وَ لاَ
تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيْلِه. الانعام:153
Dan
bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia,
dan jangan kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu akan memisahkan kamu dari jalan yang lurus. [QS.
Al-An’aam : 153]
Kaum
muslimin dan muslimat rahimakumullah, Rasulullah juga memerintahkan ummatnya
agar menghindari perdebatan sekalipun dirinya benar.
Diriwyatkan dari beberapa orang shahabat, mereka berkata
: Diwaktu perdebatan seru berlangsung, Rasulullah SAW kebetulan lewat dan
mendatangi mereka, kemudian beliau bersabda, “Berhati-hatilah wahai ummat
Muhammad, bertenang-tenanglah, sesungguhnya yang mencelakakan ummat-ummat
sebelum kamu adalah karena perdebatan seperti yang kalian lakukan sekarang
ini”.
ذَرُوا اْلمِرَاءَ فَاِنَّ اَوَّلَ مَا نَهَانِى عَنْهُ رَبّى بَعْدَ
عِبَادَةِ اْلاَوْثَانِ اْلمِرَاءُ. الطبرانى
Jauhilah
perdebatan, sebab larangan yang pertama kali disampaikan kepadaku oleh Tuhanku
setelah menyembah berhala adalah perdebatan.
[HR. Thabrani]
Kecuali
sabda Rasulullah tersebut Allah SWT berfirman
:
وَ اَطِيْعُوا اللهَ وَ رَسُولَه وَ لاَ تَنَازَعُوْا فَتَفْشَلُوْا وَ
تَذْهَبَ رِيْحُكُمْ وَ اصْبِرُوْا، اِنَّ اللهَ مَعَ الصّبِرِيْنَ. الانفال:46
Dan
thaatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantah, yang
menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan
bershabarlah.
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang shabar.
[QS. Al-Anfaal : 46]
Sedangkan
yang ada pada kita, perdebatan menjadi kebanggaan, malahan dipertontonkan lewat
layar televisi untuk menampakkan kepiawaiannya, sehingga tidak segan-segan
meremehkan dan menghina, bahkan menjatuhkan orang lain. Padahal Rasulullah SAW
telah bersabda, “Cukuplah seseorang menjadi jahat karena menghina saudaranya
sesama muslim”.
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ
اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Dengan
berbagai pesan dan arahan Rasulullah SAW serta petunjuk-petunjuk Allah SWT,
semoga keadaan yang tidak menyenangkan ini dapat membawa pengaruh positif kepada
ummat Islam pada umumnya, tergugah hatinya untuk lebih meningkatkan
pengetahuannya tentang Islam dan meningkatkan keyaqinan bahwa hanya dengan
Islamlah (yakni dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah) dunia ini akan baik, sebagaimana
kata imam Malik :
لَنْ يُصْلِحَ آخِرَ هذِهِ اْلاُمَّةِ اِلاَّ مَا اَصْلَحَ
اَوَّلَهَا. مالك
Tidak
akan dapat memperbaiki (keadaan) ummat akhir ini
melainkan apa yang pernah memperbaiki (keadaan) ummat pertamanya.
[HR. Malik]
Selanjutnya
khusus pada para kyai, ustadz dan ulama hendaklah bersedia meluangkan waktu
untuk berdakwah menggarap ummat dengan serius disertai rasa ikhlash tanpa pamrih
dan dengan cara yang lemah lembut, tidak dengan
kekerasan, sehingga terbina ummat yang kuat aqidah dan tegak syariatnya sesuai
dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, siap menghadapi tantangan
zaman.
Bagi
orang awwamnya mudah-mudahan mau meningkatkan pengetahuan tentang agamanya,
mengkaji dengan tekun, sehingga tidak menjadi ummat yang taqlid buta mengikuti
pendapat/perilaku seseorang, yang akhirnya hanya menjadi korban untuk
kepentingan sesaat bagi orang-orang tertentu.
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ
اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum
muslimin dan muslimat rahimakumullah, memperhatikan keadaan bangsa dan negara
kita yang kacau balau ini rupanya para pembesar negara ini kebingungan bagaimana
mengatasi kondisi yang semrawut dewasa ini.
Berbagai konsep dicobakan, sampai mencoba pergantian menteri dan perombakan
kabinet, namun belum tampak hasil yang menggembirakan, karena konsep-konsep
tersebut hanya pemikiran manusia yang berdasarkan kira-kira belaka, yang
hasilnya pasti tidak akan memuaskan. Sedangkan para pemimpin negeri ini rupanya tidak yaqin, bahkan
berpaling dari petunjuk Allah yang jelas dan pasti jitu dan tepat. Karena berpaling dari petunjuk Allah, maka membawa kehidupan ini
semakin sempit. Firman Allah SWT
:
فَمَنِ اتَّبَعَ هُديَ فَلاَ يَضِلُّ وَ لاَ يَشْقى. وَ مَنْ اَعْرَضَ
عَنْ ذِكْرِيْ فَاِنَّ لَه مَعِيْشَةً ضَنْكًا. طه:123-124
Barangsiapa
mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak sesat dan tidak celaka.
Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku pasti akan menemui penghidupan yang sempit.
[QS. Thaahaa : 123-124]
Ada
jalan yang pasti terang dan jelas membawa kepada kebenaran dan kebaikan tidak
ditempuh, tetapi jalan yang hanya kira-kira, serta membawa kepada kebingungan
dan kesulitan malah ditempuh.
Itulah diantara bentuk kesombongan dan pendustaan terhadap
kebenaran. Allah SWT berfirman
:
سَاَصْرِفُ عَنْ ايتِيَ الَّذِيْنَ يَتَكَبَّرُوْنَ فِى اْلاَرْضِ
بِغَيْرِ اْلحَقّ وَ اِنْ يَّرَوْا كُلَّ ايَةٍ لاَ يُؤْمِنُوْا بِهَا وَ اِنْ
يَّرَوْا سَبِيْلَ الرُّشْدِ لاَ يَتَّخِذُوْهُ سَبِيْلاً وَ اِنْ يَّرَوْا
سَبِيْلَ اْلغَيّ يَتَّخِذُوْهُ سَبِيْلاً ذلِكَ بِاَنَّهُمْ كَذَّبُوْا بِايتِنَا
وَ كَانُوْا عَنْهَا غَافِلِيْنَ. الاعراف:146
Aku
akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya
di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat (Ku), mereka tidak beriman
kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk,
mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka
terus menempuhnya. Yang demikian itu adalah karena mereka
mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai daripadanya.
[QS. Al-Anfaal : 146]
Kalau
keadaan sudah demikian, yakni para pemimpin sudah tidak menghiraukan lagi
petunjuk-petunjuk Allah, memimpin ummat berdasarkan keinginan hawa nafsunya,
maka yang terjadi korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) tidak dapat dihindari
lagi, akhirnya tidak memegang amanat dengan baik, dengan kata lain “khianat”.
Kalau demikian yang terjadi, maka laknat Allah akan
datang dan kehancuran yang akan menimpa negeri ini. Tanda-tanda ke arah itu sudah nampak jelas, kalau kita mau
memperhatikan dan merasakan.
Marilah
kita perhatikan sabda Rasulullah SAW yang merupakan peringatan bagi para
pemimpin dan kepada kita semua :
مَنِ اسْتَعْمَلَ رَجُلاً عَلَى عَصَابَةٍ وَ فِيْهِمْ مَنْ هُوَ
اَرْضَى اللهُ مِنْهُ فَقَدْ خَانَ اللهَ وَ رَسُوْلَهُ وَ
اْلمُؤْمِنِيْنَ. الحاكم
Barangsiapa
mengangkat seseorang untuk suatu jabatan karena kekeluargaan, padahal ada pada
mereka orang yang lebih disukai Allah
(karena kemampuannya) daripadanya, maka sesungguhnya ia telah berkhianat
kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada orang-orang mukmin.
[HR. Hakim]
مَنْ وَلَّى مِنْ اَمْرِ اْلمُسْلِمِيْنَ شَيْئًا فَاَمَرَ عَلَيْهِمْ
اَحَدًا مُحَابَاةً فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ لاَ يَقْبَلُ اللهُ مِنْهُ صَرْفًا
وَ لاَ عَدْلاً حَتَّى يَدْخُلَهُ جَهَنَّمَ. الحاكم
Barangsiapa
menguasai sesuatu dari urusan kaum muslimin, lalu ia
memberi kuasa kepada seseorang atas mereka karena cintanya (bukan karena
kemampuannya), maka laknat Allah lah menimpa atasnya. Allah tidak menerima dari
padanya pergantian dan tidak pula tebusan sehingga ia
dimasukkan ke dalam jahannam.
[HR. Hakim]
اِذَا ضُيِّعَةِ اْلاَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ. فَقَالَ: كَيْفَ
اِضَاعَتُهَا؟ قَالَ: اِذَا وُسِدَ اْلاَمْرُ لِغَيْرِ اَهْلِهِ فَانْتَظِرِ
السَّاعَةَ. البخارى
“Apabila
hilang amanat, tunggulah qiyamat itu”. Shahabat Nabi bertanya, “Bagaimanakah
hilangnya amanat ?”. Rasulullah SAW
menjawab, “Apabila sesuatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya,
maka tunggulah qiyamatnya (kehancurannya)”.
[HR. Bukhari]
Sebagai
penutup kami sampaikan sabda Rasulullah SAW
:
اِذَا اَرَادَ اللهُ بِقَوْمٍ خَيْرًا وَلَّى اَمْرَهُمُ اْلحُكَمَاءَ
وَ جَعَلَ اْلمَالَ عِنْدَ السُّمَحَاءِ، وَ اِذَا اَرَادَ اللهُ بِقَوْمٍ شَرًّا،
وَ لَّى اَمْرَهُمُ السُّفَهَاءَ وَ جَعَلَ اْلمَالَ عِنْدَ
اْلبُخَلاَءِ. ابو داود
Apabila
Allah menghendaki kebaikan bagi suatu bangsa/kaum, maka Allah mengangkat
orang-orang yang bijaksana (pandai) sebagai pejabat yang mengelola urusan
mereka, dan Allah memberikan harta kepada orang-orang yang
pemurah.
Dan apabila Allah menghendaki kejelekan bagi suatu
bangsa/kaum, maka Allah mengangkat orang-orang yang bodoh sebagai pejabat yang
mengurusi urusan mereka, dan Allah menyerahkan harta kekayaan kepada orang-orang
yang kikir.
[HR. Abu Dawud]
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اللهُ
اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ اْلحَمْدُ
Kaum
muslimin dan muslimat rahimakumullah, semoga tujuan puasa kita dapat tercapai,
yakni menjadi orang yang bertaqwa kepada Allah, dan semoga Allah mengangkat para
pemimpin negeri ini bukan orang-orang yang bodoh dan khianat, serta orang-orang
kaya di negeri ini bukan orang-orang yang bakhil, sehingga kesulitan yang
menghimpit bangsa dan negara ini segera dapat teratasi dan negeri ini menjadi بَلْدَةٌ طَيّبَةٌ وَ رَبٌّ غَفُوْرٌ. Aamiin ya rabbal
‘aalamiin.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَ اِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَ
تَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا
حَسَنَةً، وَ فِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً، وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَ اْلحَمْدُ
ِللهِ رَبّ اْلعَالَمِيْنَ. وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَ
بَرَكَاتُهُ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar